Sat. Feb 22nd, 2025

Sejak ada pelarangan perdagangan sawit bersamaan dengan kopi, kakao, karet dan sapi di Uni Eropa (EUDR). Saya selaku Anggota Dewan Pakar Sawit, hanya menanggapi santai saja. Geli. Karena saya tahu neraca sawit Indonesia dan Dunia. Tidak perlu cemas.

Berpikir positif saja, sesungguhnya Uni Eropa yang butuh sawit kita atau kita yang butuh Uni Eropa. Diuji saja dengan waktu. Sekaligus ini dijadikan momentum agar kita makin inovatif dan mandiri energi ramah lingkungan dengan program hilirisasi dikonkretkan membumi.

Ingat, baru saja kita jalankan mandatori B35. Baru ancang – ancang mau jadi B40 saja, saat ini. Harga sawit di pabrik kelapa sawit (PKS) sudah konsisten terus di sekitaran Rp 2.500/kg TBS. Ini pertanda ada hukum pasar bermain, saat permintaan naik, harga ikut naik.

Padahal posisi ini profit margin petani sawit minimal sudah 120%. Luar biasa. Karena kalau memakai benih legal inovasi dengan pupuk NPK 9 kg/pokok/tahun plus pupuk organik hayati (mikroba), membentuk harga pokok produksi (HPP) maksimal Rp 1.100/kg TBS.

Karena kalau kita uji petik skala 1 blok sawit 30 hektar. Sangat beragam produktivitasnya. Ada yang hanya 15/17 artinya tandan buah segar (TBS) hanya dapat 15 ton dengan rendemen minyak mentah sawit (CPO) 17%. Setara 2,55 ton CPO/ha/tahun.

Tapi banyak juga yang goal 35/25, setara dengan 8,75 ton CPO/ha/tahun. Nampak ada perbedaan sangat jauh antara benih yang inovatif dengan benih asalan. Jika lazimnya biaya produksi Rp 30 juta/ha/tahun. Maka HPP per kg CPO hanya Rp 3.400/kg.

Nampak jelas profit marginnya usaha sawit sangat menjanjikan. Modal CPO Rp 3.400, dijual Rp 12.500. Di tingkat petani modal TBS Rp 1.100, dijual Rp 2.500. Ekonometrika ini memberi pesan, sawit jalan pintas untuk memakmurkan rakyat Indonesia.

Dari data lapangan di atas. Jika kita serius mau memakai benih legal inovasi dan perlakuan pupuk sesuai anjuran 9 kg NPK/pokok/tahun. Hanya 15 juta hektar saja yang berbuah terawat intensif dari 16,38 juta hektar sawit Indonesia.

Akan setara 80 juta ton CPO/tahun. Tidak hanya 49 juta ton CPO/tahun seperti saat ini. Ini jika kita tidak melakukan ekspansi perluasan sawit. Tentu sangat beda jika lahan – lahan yang tandus gundul sisa pembalakan liar, ditanam sawit. Karena masih luas. Agar kembali asri alami, juga jadi lapangan pekerjaan masyarakat.

Pengalaman saya pribadi lahan tandus pun jika ditanam sawit dengan menerapkan inovasi remediasi. Ditambah feses urine sapi sekaligus diperkaya biang mikroba (Bio Extrim dan Hormax). Berubah total jadi super subur dan produktivitasnya tinggi. Menyenangkan sekali.

Artinya kalau Prabowo Subianto Presiden terpilih punya target swasembada solar ramah lingkungan terbaharukan dari sawit. Itu sangat feasible sekali. Menghemat devisa Rp 320 triliun/tahun selama ini hanya untuk impor solar fosil saja.

Belum lagi berdampak positif terhadap penerimaan pajak dari sawit yang selama ini ratusan triliun per tahunnya jadi APBN kita. Sekaligus cipta lapangan kerja massal. Sehingga potensi masyarakat dan alam kita terberdayakan produktif.

Sisi lain lagi, di Jawa ada ratusan ribu hektar. Kebun karet tua dan teh milik PTPN, selama ini sangat minim apresiasi hasilnya dari lahan tersebut. Bahkan banyak yang remis hingga merugi. Ini bisa jadi peluang emas perluasan sawit.

Hal paling penting dari itu semua. Pemerintah hendaknya tegas dalam membuat kebijakan stop ekspor CPO dan RPO. Harus dihilirisasi di dalam negeri dulu, baru ekspor produk jadi. Misal kosmetik, farmasi dan oleokimia lainnya. Agar nilai tambah tidak terbang.

Ingat. Kita impor sapi hidup dan daging sapi kerbau. Setara 2,5 juta ekor/tahun. Boros devisa Rp 48 triliun/tahun. Pengalaman saya integrasi sawit sapi, sangat menguntungkan. Karena solid dan bungkil limbah sawit berlimpah padahal mutu tinggi.

Hendaknya pemerintah berhenti berwacana ria mau meniadakan stunting dengan cara breeding sapi sekaligus cipta lapangan kerja pedesaan di sub sektor peternakan. Segera dikonkretkan impor sapi betina bakalan 6 juta ekor dibiakkan di sawitan.

Agar swasembada sapi 3 tahun lagi. Pengangguran minimal dan stunting tiada. Masa depan Indonesia cerah sebuah keniscayaan karena portofolio mutu manusianya nyata jelas sehat cerdas inovatif dan kompetitif di era globalisasi di masa mendatang. Jayalah Indonesia kita.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Anggota Dewan Pakar Sawit
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *