Wed. Sep 18th, 2024

Akhir – akhir ini sering kali kita menyaksikan diskusi di berbagai acara dan berita bahwa Indonesia pada kaum menengah mengalami penurunan daya beli. Definisi daya beli, kemampuan membeli dengan pendapatan yang dimiliki. Daya beli dipengaruhi oleh pendapatan, harga barang dan jasa, inflasi.

Daya beli turun berarti menurunnya kemampuan untuk membeli barang dan jasa. Bisa jadi karena pendapatannya turun akibat banyak PHK, selama Januari hingga Agustus 2024 saja 46.000 lebih. Bisa jadi karena naiknya harga barang dan jasa. Karena inflasi terkendali 2,5% an.

Dengan maraknya PHK berturut – turut dan kelulusan sekolah maupun wisuda di semua kampus. Memberikan konsekuensi logis penambahan jumlah pengangguran secara nyata. Konkretnya, tiap kali ada pembukaan lowongan selalu yang melamar berjubel antrian panjang.

Jumlah pelamar hingga di atas 200 kali lipat dari kebutuhannya. Contohnya, di Bekasi beberapa minggu lalu yang dibutuhkan hanya 20 orang, yang melamar lebih dari 4.000 orang. Antrian panjang di luar kebiasaan selama ini. Begitu juga di daerah lain, saat merekrut tukang saji.

Fenomena ini menunjukkan bahwa betapa sangat ” tidak sebanding ” antara pencari kerja dengan lapangan kerja yang tersedia. Terlalu sedikit lowongan lapangan kerja yang tersedia, sekaligus terlalu banyak pengangguran pencari lapangan kerja. Ini hanyalah akibat saja. Manifestasi kenyataan.

Jika diurai maka akan makin jelas sebabnya ;

1). Terjadinya PHK, karena perusahaan mengalami masalah keuangan. Tidak sebanding antara pendapatan dan pengeluaran, bisa jadi rugi berlarut. Tanpa bisa dikendalikan. Merugi karena turunnya pendapatan atau penjualan dampak kalah dalam persaingan. Produk pesaing makin efisien karena inovatif.

2). Terjadi minimnya lapangan kerja, karena terlalu sedikit adanya investasi akibat minimnya jumlah investor (pengusaha/pebisnis). Baik dari kalangan lulusan sekolah maupun pasca wisuda dari perguruan tinggi. Hampir semua lulusan hanya pencari kerja. Bukan jadi pengusaha yang mau investasi lalu tercipta lapangan kerja.

Contoh konkret agar makin mudah dipahami oleh para kawula muda ;

1). Seorang pengusaha sebagai investor datang ke sebuah daerah. Investasi pabrik pellet pakan ternak dan ikan. Saat membangun proses kontruksi otomatis butuh material pasir maka tercipta lapangan kerja di galian pasir. Saat membangun gudang dan kantor butuh tukang jumlah banyak maka tercipta lapangan kerja.

Saat pabrik sudah operasional produksi maka butuh bahan baku dan tim pemasaran maka butuh tenaga kerja juga. Bahan baku dipasok oleh rekanannya juga butuh pekerja, begitu juga produsen bahan baku bekatul, tepung ikan dan lainnya semua tercipta lapangan kerja. Ruas pemasaran juga begitu.

2). Seorang pebisnis agro inovatif integrasi pabrik dan ternak sekaligus agar nol limbah, ekonomi sirkular. Datang ke daerah yang selama ini banyak lahan yang tidur pulas terlantar. Diubah jadi kebun sekaligus pabriknya sebagai off taker agar produktif jangka panjang. Selain agar efisien dan kompetitif juga berkelanjutan ramah lingkungan.

Maka saat proses land clearing, penanaman, perawatan maupun pemupukan tanaman dan panen juga butuh tenaga kerja jumlah banyak jangka panjang. Begitu juga pada pembangunan pabrik hingga operasional juga butuh pekerja jumlah banyak, cipta lapangan kerja. Plus di kandang sapinya, juga menyerap pengangguran.

Sebaliknya, jika proses investasi oleh para pebisnis di atas tiada jumlah banyak di berbagai tempat jangka panjang maka terjadilah penumpukan para pencari kerja secara berlebihan. Jadi menganggur tanpa berpendapatan. Daya belinya tiada. Biaya hidupnya numpang kepada yang produktif. Menurunkan pendapatan per kapita sebuah bangsa.

Itulah sebab walaupun Indonesia banyak konglomerat kelas dunia, tapi pendapatan per kapita USD 4,800 hanya 5,8% dari Singapura yang USD 82.000. Padahal Singapura tidak punya konglomerat kelas dunia. Karena di Singapura tiada pengangguran. Karena jumlah pengusaha Singapura 8,76%, Indonesia hanya 3,47% saja.

Solusinya, harus mau dan mampu melahirkan pengusaha/pebisnis muda sebagai calon investor. Agar investasi cipta lapangan kerja meniadakan pengangguran, meningkatkan pendapatan dan daya belinya. Meminimalkan gini rasio kesenjangan sosial ekonomi masyarakat.

Ilustrasinya, di Indonesia saat ini jumlah Perguruan Tinggi 4.000 an. Dari 30 kampus terbaik terbesar di Indonesia jumlah mahasiswanya total 1 jutaan, tahun ini. Jika hanya 6 % saja setara 60.000 mahasiswa jadi pengusaha baru, jika dengan indeks karyawan 100 orang maka tiada lagi pengangguran, yang saat ini 7,2 juta orang (BPS).

Salam Mandiri 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *