Tue. Jul 1st, 2025

Dari tahun ke tahun sejak reformasi jumlah impor sapi dan daging kerbau sapi makin banyak. Hingga saat ini jika disetarakan sapi hidup 1,5 juta ekor/tahun. Devisa Rp 30 triliun/tahun. Setara menghidupi 600.000 peternak jika Rp 50 juta/KK/tahun.

Linier dengan pertumbuhan produksi daging sapi nasional hanya 1,3%/tahun. Salah satu sebabnya pembiaran pemotongan sapi betina produktif sekitar 1,3 juta ekor/tahun. Padahal populasi sapi betina sudah tidak sebanding dengan penduduk 274 juta.

Sebaliknya pertumbuhan permintaan daging sapi 6,4%/tahun. Sebabnya meningkat kesejahteraan masyarakat seiring kesadaran pentingnya protein hewani. Juga umat Islam 85% butuh sapi banyak saat Idul Fitri dan Idul Adha.

Artinya pertumbuhan antara permintaan 6,4%/tahun dan pasokan 1,3%/tahun grafiknya makin menjauh. Ini portofolio empirik impor sapi akan makin besar jika tanpa terobosan beda dari strategi selama ini. Semakin tidak swasembada, tidak berdaulat.

Kerangka berpikir simulasinya. Kita impor sapi jantan 1,5 juta ekor/tahun itu setara dari anakan dari indukan 3 tahun lalu 4 juta ekor milik peternak di luar negeri. Karena indukan 4 juta ekor anaknya 3 juta ekor jantan dan betina. Anggap 50% nya jantan atau 1,5 juta ekor/tahun.

Lalu bagaimana solusinya agar kembali berdaulat sapi, harga sapi tidak tinggi meminimalkan stunting yang saat ini 24% dan terpenting jadi lapangan kerja rakyat Indonesia minimal 600.000 KK lagi guna meminimalkan pengangguran, kemiskinan dan jumlah TKI ?

1. Selama ini dana APBN untuk sapi sudah puluhan triliun mengalir wujud hibah bantuan sosial. Tidak edukatif. Dominan tiada hasil perubahan nyata di lapangan. Pajak rakyat ini tidak efektif efisien digunakan. Bahkan parsial disalahgunakan oleh oknum untuk malpraktik, cara tidak terhormat.

2. Impor betina mulai bunting/produktif 4 juta ekor setara Rp 80 triliun, jika indeks Rp 20 juta/ekor. Dana bank bunganya 6% per tahun sekitar Rp 4,8 triliun. Peternak berpengalaman kita banyak. Peternak berjiwa pengusaha kelas menengah inilah aset bangsa harus diberdayakan.

3. Jika bunga banknya saja ditiadakan atau dibantu lewat APBN maka akan tuntas non impor sapi dalam waktu dekat. Misal 4.000 ekor/peternak, jika 1.000 peternak akan tuntas. Karena totalnya 4 juta ekor indukan. Akan jadi pabriknya pedet anak sapi 4 juta ekor dan makin berbiak banyak, 3 tahun berikutnya nol impor sapi.

Kesimpulannya, hanya dengan Rp 4,8 triliun bantuan bunga bank bagi peternak berpengalaman usaha sapi. Maka impor sapi tiada, devisa tidak boros, lapangan kerja tercipta, pengangguran terkuras, lahan terlantar di Kalimantan bisa jadi produktif sentra anakan sapi jangka panjang.

Protein hewani dan hewan kurban tidak mahal. Masa depan generasi lebih sehat, siap bersaing. Masyarakat terberdayakan produktif dengan nuansa stimulus berpartisipasi bukan lagi cara – cara masa lalu hanya bansos dan bansos tidak bekas yang bermanfaat nyata secara luas. Pajak rakyat wujud APBN tepat guna dihargai.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *