Mon. Jun 23rd, 2025

Dengan perubahan iklim global saat ini, ditambah pandemi covid 19, diperberat oleh perang Rusia Ukraina. Berdampak serius pada harga pangan dan energi yang melambung tinggi. Lalu antar negara saling menyandera kekayaan alamnya, menahan tidak ekspor pangan dan sarana produksinya.

Seolah fenomena ini membantah teori bahwa rajanya kekuatan adalah dana segar. ( The King of power is cash ). Hari ini rajanya kekuatan adalah pemilik pangan, sarana produksi pangan dan energi. Bukan lagi pemilik dana segar. Punya dana segar banyak pun jika oleh pemilik pangan tidak dijual, maka akan jadi masalah serius.

Misal, stop ekspor minyak sawit. Negara pengimpor inflasinya terkerek. Karena harga migor naik. Penghasil Kalium dan Phospat meningkatkan pajak ekspor, negara pengimpor jadi korban. Pangan mahal, inflasi naik. Akibat harga pokok produksi (HPP) naik tajam. Pangan mahal. Jika dimurahkan, petani bangkrut massal.

Lalu, apa solusi konkretnya agar petani bisa selamat karena dapat laba sehat, sekalipun harga jual murah di saat sarana produksi sudah jadi mahal ?

1. Kita harus bermental pengusaha. Artinya tetap setia jadi petani tapi pola kelolanya diubah tidak lagi tradisional konvensional. Harus diubah jadi pengusaha. Misal saja sebelum investasi semua direncanakan dengan matang dan habis panen dikaji ulang agar tahu modal dan laba ruginya. Dicari sebab utamanya.

2. Secara umum kontributor terbesar biaya penyerta selain sewa lahan adalah pupuk dan pestisida. Karena impor. Harus diubah jadi murah atau gratis. Otomatis jika gratis maka biaya pupuk dan pestisida, berubah jadi penambah laba. Paling enak dibuat tabel, diawali dari termahal lalu di ” Hukum Pareto ” kan. Pangkas yang termahal.

3. Agar harga pokok produksi (HPP) atau indeks hasil bagi antara biaya produksi dengan hasil produksi jadi rendah. Maka biaya harus murah seperti di atas 2 poin tadi. Lalu agar saat bersamaan volume produksi meningkat, maka harus memakai benih yang paling inovatif produktivitas tinggi dan disukai oleh pasar. Sehingga hasil berlimpah dan mudah dipasarkan. Menang bersaing di pasar.

Konkretnya menerapkan nol limbah. Limbahnya diberdayakan jadi penambah laba. Integrasi ternak dan kebun. Limbah kebun gulma rumput liar dan lainnya jadi pakan ternak. Limbah ternak jadi pakan tanaman (pupuk) dan pestisida. Biaya mengelola limbah jadi nol justru jadi bernilai. Laba meningkat berkat biaya rendah. Makin tambah laba jika benihnya inovatif, karena produktivitas tinggi.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *