Mon. Jun 23rd, 2025

Rasanya prihatin sekali menyimak berita pagi ini bahwa pemerintah mendesak agar ID Food dan Bulog segera impor daging sapi Brasil dan kerbau India. Masing – masing 100.000 ton atau total 200.000 ton. Maret harus sampai Indonesia guna antisipasi Ramadhan. Tidak lama lagi.

Agar tidak terjadi kelangkaan daging lalu harga naik tajam mengerek inflasi. Jika itu terjadi, produk turunan inflasi tinggi, sangat berisiko. Tahun 2022 impornya setara 1,5 juta ekor sapi, bisa jadi 2023 setara 2 juta ekor sapi. Dampak penambahan jumlah penduduk dan korban PMK tahun lalu.

Jika setara dengan 2 juta ekor sapi yang diimpor. Maka setara anakan jantan saja dari 5 juta indukan sapi. Artinya jika 5 juta indukan akan beranak 4 juta ekor/tahun. Khusus jantan saja 2 juta ekor/tahun. Minus sapi betina indukan 5 juta ekor. Kok makin tergantung saja jumlah kebutuhan pangan kita ya.

Indukan sapi 5 juta ekor setara milik 1.000.000 KK peternak. Jika 1 KK 5 ekor. Itulah jumlah kesempatan menyejahterakan masyarakat hilang akibat impor. Solusinya memberdayakan warga agar berkelanjutan dan sejahtera. Ingat kita zaman Belanda ekspor kerbau dan tahun 1984 ekspor sapi. Saat ini, diagonalis negatif.

Utamanya protein hewani yang jadi sebab stunting 37% pada balita. Padahal prevalensi stunting Indonesia masih 24,4%, masih terjelek ke 5 se-Dunia dan terjelek ke 2 se-Asean. Kondisi inilah sebab hati saya terpanggil ajak – ajak kawula muda menekuni usaha pangan, utamanya ternak sapi.

Tiada hari tanpa aktif di sosmed baik artikel singkat maupun video. Sesungguhnya saya apatis tidak mau tahu dan tidak peduli, juga bisa. Toh ibaratnya saya sudah sampai tujuan. Sudah bahagia, jadi kendaraan pengantar ke situasi saat ini. Tapi bangsa ini butuh spirit. Anak muda butuh inspirasi.

Kalau hanya menuruti orang pemalas pikiran kotor saja. Apalagi jika dasarnya iri dengki srei. Maka apapun yang kita perbuat tiada benarnya. Tak ubahnya kisah Luqman Al Hakim hal keledai dan lainnya. Keledai dituntun, salah. Keledai ditunggangi, salah. Keledai digendong, makin salah lagi.

Sepanjang niat, nawaitu, maksud dan tujuan baik. Lanjut jalan tersebut. Jangan hiraukan orang yang kontra produktif. Apalagi yang putus harapan karena kenyataannya tidak sesuai harapannya. Orang lelah karena kalah, kadang lahir rasa iri dengki. Itu ajaran Luqman Al Hakim.

Dasar itu juga, tetap makin semangat membakar semangat Anak Muda Indonesia. Dengan contoh nyata lapangan agar tinggal meniru ATP (amati, tiru, plek) atau ATM (amati, tiru, modifikasi). Bukan cuma omdo (omong doang). Apalagi hanya pandainya menyalahkan keadaan dan orang lain. Non kontribusi solutif.

Sungguh, saya sangat bersyukur. Selama ini banyak yang berpikir positif, berkata positif dan langsung bertindak positif. Produktif. Ikut berbuat semampunya sesuai ukuran dan kondisinya di lapangan. Banyak yang hingga kirim pesan terima kasih ke saya. Banyak juga yang kirim paket oleh – oleh ucapan terima kasih ke alamat rumah saya.

Testimoni itu ada yang pebisnis baru. Ada yang peternak baru ala saya, Pak Tani. Ada juga yang jadi Petani baru, ala saya Pak Tani. Intinya siapa yang positif maka akan berbuah positif. Siapa yang negatif pasti jadi derita hati sendiri, apalagi jika iri dengki karena tanpa berprestasi untuk negeri sendiri.

Senang sekali menyimak testimoni hasil replikasi inspirasi ilmu hikmah selama ini. Di banyak tempat di Indonesia kita ini. Jangan berharap orang lain, apalagi bangsa lain memajukan bangsa ini, jika kita tidak memulai melakukannya. Makinlah antusias berbuat, wahai Kawula Muda. Doaku di Nadimu.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *