Tahun 2013, saya melakukan kaji ulang atas usaha saya yang fokus pada agribisnis. Sejak pasca bangkrut 2008. Nampaknya Tuhan berpihak, usaha lancar puluhan kepala keluarga bisa dikaryakan. Mengurus cabe, singkong dan padi di Jonggol Bogor.
Setelah saya kaji bersama staf ahli. Ternyata 1 hektar di Bogor, nilai kapitalnya setara dengan 20 hektar di Pangkalan Bun Kalteng. Jika tanaman sama berarti omzet dan labanya juga 20 kali lipatnya. Kembali modal (ROI) nya jauh lebih cepat di Kalimantan.
Permintaan produk formula saya pupuk hayati Bio Extrim dan hormonal Hormax, terus meroket. Makin digandrungi oleh petani, jadi market leader di banyak daerah sentra penghasil pangan. Hasilnya saya jadikan modal investasi ekspansi ke Pangkalan Bun Kalteng.
Bahkan semua tabungan wujud sawah dan kebun di Jonggol Bogor. Saya relokasi ke Pangkalan Bun Kalteng. Guna memacu percepatan peningkatan hasil dari usaha kebun. Agar jadi modal ekspansi lagi. Mengantisipasi kebutuhan di hari nanti.
Di Pangkalan Bun, saya menanam Jeruk Madu Chokun, Sawit dan Buah Naga. Lalu saya berkisah di Banyuwangi tempat lahir saya. Pada ikut, total saat ini lebih dari 70 KK. Ada yang karena bangkrut dan ada yang ekspansi menjual sawahnya. Demi masa depan.
Hal paling saya syukuri, beberapa orang dari Banyuwangi tersebut saat ini pada mandiri. Semua punya tanah dan kebun sendiri. Anak – anaknya pada mentas, begitu juga yang punya tanggungan. Terlihat pada bahagia, karena ekonominya sehat.
Hasil panen sayur 1 tahun saja, labanya bisa buat beli lahan. Dulu banyak sayuran, misal tomat, kacang panjang, terong dan lainnya didatangkan dari Jawa. Saat ini telah swasembada. Makin betah dan suka ekspansi karena masyarakatnya welcome.
Tiada sesal sedikit pun. Bahkan penuh syukur kebun dan sawah di Jonggol Bogor 37 hektar saya jual semua. Tanah di Bogor hasil penjualan dari Bio Extrim dan Hormax, hasil riset saya sendiri. Dipindah ke Pangkalan Bun semua. Jadi ratusan hektar.
Alhasil saat ini makin luas saja, karena dari hasil di Pangkalan Bun juga untuk ekspansi di Pangkalan Bun. Tentu selain untuk hidup dan studi anak – anak yang pada mengambil pascasarjana. Berkembang ke ternak sapi dan akan ke unggas juga.
Ayam Kampung KUB Janaka. Itik Peking dan Entok juga mau saya kembangkan. Inovasi Balitnak Balitbangtan. Agar jadi solusi mengatasi stunting. Presiden Jokowi mengatakan, balita stunting masih 21,4% (2022), sebabnya karena kurang protein hewani sebanyak 37%.
Empiris saya pribadi ini perlu saya katakan. Agar kawula muda tahu prosesnya. Bahwa sehebat apapun inovasinya, jika sama komoditasnya, maka akan kalah percepatan suksesnya jika dibandingkan dengan yang inovatif paralel dengan ekspansif.
Konkretnya, sama Jeruk Madu Chokun dengan pupuk Bio Extrim dan Hormax. Luas 1 hektar, akan kalah hasilnya dibandingkan yang luas 20 hektar. Sekalipun investasinya sama. Dampak cipta lapangan kerja beda jauh, itu yang tak ternilai bahagianya. Bermanfaat bagi orang lain.
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630