Memang hampir semua negara jumlah petaninya menurun. Keluarga petani cenderung tidak berharap anaknya jadi petani. Kumulatif skala dunia berdampak jumlah produksi pangan tidak sebanding dengan jumlah permintaan pangan.
Puncak masalahnya saat ini, harga pangan di seluruh dunia naik drastis jadi pemicu utama meroketnya inflasi. Banyak negara jadi pasiennya IMF, karena inflasinya ada yang 97%. Ini sangat mengerikan, karena biaya untuk hidup teramat mahal.
Bahkan Prof Farida IPB University belasan tahun silam melakukan penelitian dengan kesimpulan hanya 28% orang tua petani yang ingin mewariskan profesinya ke generasi berikutnya. Naskah ilmiah ini sangat penting dan bermanfaat.
Data di atas didukung pula oleh hasil Sensus Pertanian terakhir bahwa komposisi usia petani di bawah 40 tahun hanya 12% saja. Ditandai minat anak muda studi di pertanian menurun lalu banyak fakultas pertanian tutup, karena kekurangan mahasiswa.
Implikasi dari fenomena di atas ;
1. Akan kekurangan ” insan pemimpin pertanian “, berdampak kebijakan politik pertanian kurang berpihak secara total. Politik anggaran akan tidak ideal untuk membangun antisipasi kebutuhan pangan masa depan yang bermutu, berlimpah dan murah.
Kebijakannya bukan solutif kreatif inovatif permanen, tapi hanya simptomatis menghilangkan gejala saja. Tidak edukatif misal bansos dan subsidi, bukan digiring akan makin mandiri. Ini akan melelahkan jangka panjang.
2. Akan kekurangan ” insan pemikir/ilmuwan pertanian “. Berdampak pola kebijakan arsitektur pembangunan pertanian dan berbagai penelitian yang sangat penting agar ada inovasi sehingga mampu kompetitif.
Jika kekurangan jumlah peneliti hebat membumi, maka kekurangan inovasi solutif membumi. Ujungnya produktivitas akan rendah tidak kompetitif takut stres jika ada barang impor datang.
3. Akan kekurangan ” insan pelaku usaha pertanian ” yang berjiwa entrepreneur dan inovatif. Konsekuensi logisnya luas tanam kurang, banyak lahan terlantar. Volume produksi kurang, banyak impor demi cukup dan tiada inflasi tinggi.
Jika kekurangan praktisi hebat pada hulu hilir ini masalah paling serius. Karena ini utamanya. Aspek lain sifatnya mendukung dan menyuburkan semangat partisipasi dari praktisi agar investasi dan ekspansi produktif.
Alternatif solusinya harus serius memikirkan proses regenerasi insan pertanian pangan. Dimotivasi agar anak muda kembali gemar studi di pertanian dan pola studinya yang konsisten akan berkiprah di pertanian. Banyak cara menarik anak muda, efektifnya testimoni pelaku sukses inovatifnya diberdayakan.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630