Tue. Jun 24th, 2025

Hampir di semua negara bukan di Indonesia saja. Sekarang ini sedang terjadi banjir bandang tsunami pemutusan hubungan kerja (PHK). Karena disrupsi teknologi inovasi. Yang profesinya bisa diganti mesin robotik akan dirumahkan.

Kejadian beberapa tahun ini dan hingga 5 tahun ke depan PHK akan terus terjadi. Skalanya sangat sulit diprediksi. Karena pekerjaan rutin teknis dianggap pemborosan ekstrem dan rawan masalah sosial, misal demo mogok yang memalukan.

Keadaan ini sudah diramal sejak beberapa tahun silam di antaranya ;

1). Tahun 2013.

Penelitian dari Universitas Oxford oleh Carl Benedikt Frey dan Michael Osborne memperkirakan bahwa 47% pekerjaan di AS berisiko terotomatisasi dalam 10–20 tahun ke depan.

2). Tahun 2016.

Klaus Schwab, pendiri World Economic Forum (WEF), dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution menyebutkan bahwa otomatisasi bisa menggantikan banyak pekerjaan manusia dalam dekade berikutnya.

3). Tahun 2017.

McKinsey Global Institute memperkirakan bahwa hingga 375 juta pekerja (sekitar 14% dari tenaga kerja global) mungkin harus beralih pekerjaan akibat otomatisasi hingga 2030.

4). Tahun 2019.

WEF (World Economic Forum) dalam laporan Future of Jobs Report memperkirakan bahwa robot dan AI akan menggantikan 75 juta pekerjaan tetapi juga menciptakan 133 juta pekerjaan baru hingga 2025.

Secara umum, prediksi tentang otomatisasi menghilangkan 40% pekerjaan memang ada, tetapi biasanya tidak langsung berarti pengangguran massal. Banyak pekerjaan yang hilang akan digantikan oleh pekerjaan baru dengan keterampilan berbeda dan khusus.

Artinya kita tidak perlu heran lagi jika tiap hari ada berita ada ribuan karyawan jadi korban PHK karena perusahaannya sedang tutup usaha akibat produknya kalah bersaing di pasar oleh kompetitornya yang inovatif. Bukankah, doktrinnya inovasi atau mati ?

Konkretnya, saya ke Mall Kenari Jaya di Jakarta. Fokus usaha listrik dan lampu hias ada ribuan kios. Tahu nggak, hampir 100% produknya dari RRC. Harganya 60% dari produk negara lain termasuk produk domestik. Karena di RRC cara produksinya dengan robot tidak kenal lelah 24 jam.

Begitu juga di Pasar Uler di Tanjung Priok Jakarta. Jualan perlengkapan dapur, perhiasan rumah dan lainnya. Bagus – bagus. Harganya sangat murah. Tapi 99% dari RRC. Karena harga pokok produksi (HPP) nya murah. Pedagang dan pembeli maunya cinta produk ” Merah Putih ” tapi apa daya.

Bisa murah karena bahan bakunya limbah bauksit dan clay yang diimpor dari Kalimantan Indonesia. Kitapun senang pula dapat devisa banyak. Hehe. Apalagi, ongkos kirimnya lebih murah ke RRC dari pada kirim ke Banyuwangi. Piye jal ? Karena pelabuhan di RRC serba digital murah meriah dan cepat. Non pungli.

Silahkan anak muda diambil ilmu hikmahnya. Yang pasti solusinya harus berjiwa mandiri inovatif. Dibangun entrepreneurshipnya agar jumlah Entreprenur Indonesia tidak lagi kalah dengan Singapura, Malaysia, Thailanda dan Vietnam. Lalu cipta lapangan kerja jumlah massal.

Salam Inovasi šŸ‡®šŸ‡©
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *