Pura – pura miskin, sebuah strategi dan taktik mengemas diri pada suatu situasi kurun waktu tertentu. Karena adaptasi terhadap maunya lingkungan, yang maksud tujuannya agar aman nyaman sampai targetnya terkuasai terlebih dulu.
Menyembunyikan kerinduan, sebuah proses menahan diri untuk tidak banyak terbuka, hal mimpinya. Baik pikiran yang terekspos melalui tutur katanya maupun dari tindakannya. Karena sementara waktu target bisnisnya belum goal sesuai rencana.
Diam walaupun tahu, sesungguhnya sudah banyak ilmunya karena suka baca banyak buku dan sudah mempraktikkannya. Tapi tetap diam seribu bahasa karena tahu diri, agar aman nyaman saja situasinya. Proses menghargai, sehingga dihargai.
Menyembunyikan aksi, ini paling sering dilakukan oleh insan intelijen dan peneliti. Yang maunya agar misi sesungguhnya bisa didapat dengan jelas. Lalu dibuat hipotesa dan kesimpulan untuk finalisasi. Gagal dalam misi tiada diketahui dan berprestasipun tanpa dihargai.
Pesan – pesan di atas sesungguhnya yang disampaikan oleh mentor bisnisku di Medan. Awal tahun 1997 an. Saya tidak direkomendasikan memakai mobil bagus. Mendingan tetap memakai Vespa kuno 1964. Karena masih tinggal di Asrama Militer.
Agar sesuai karakternya prajurit. Bersahaja. Enak, tidak membuat mata yang lain pada gatal. Karena bisnis baru berjalan 2,5 tahun. Walaupun sesungguhnya deposito juga sudah lumayan banyak, miliaran. Demi baiknya bersama dan target sesungguhnya.
Pura – pura miskin, pura – pura tidak tahu, pura – pura belum berbuat, pura – pura tidak pintar dan selling point lainnya. Sikap ” mengemas diri ” tersebut kadang penting. Demi loyalitas dan dedikasi. Enaknya tahu diri saja, memakai sepatu nomornya sesuai kakinya sendiri.
Tapi jika mau terbuka tepat momentumnya demi sebuah nilai tambah moral material. Tidak ada salahnya. Memang kadang butuh itu. Tanpa terbuka maka tanpa bisa kerja sama. Maka anak dan cucupun, tak kan ada yang lahir di dunia ini jika terus tertutup mengemas diri.
Kawula muda, arti dari kalimat – kalimat di atas kita diajari agar tidak terburu membusungkan dada, pamer apalagi hingga melampaui batas kapasitas. Ekstrem lagi jika berani mengukur, menjengkali orang lain. Seolah dirinya jauh di atas yang lainnya. Itu tidak etis. Tidak baik.
Ilmu hikmahnya, kawula muda tetaplah maju jadi pebisnis/pengusaha pencipta lapangan kerja. Negaramu memanggilmu. Kadang memang terasa tidak nyaman, jika ada saja yang merendahkanmu. Proses itu pasti akan terjadi, bukan cuma sekali saja. Akan berulang kali.
Walaupun faktanya, sementara waktu memang masih rendah. Tapi tetaplah rendah hati, pura – pura belum tahu saja, pura – pura miskin bila perlu. Demi proses memuluskan jalan tujuanmu. Saatnya nanti tampillah yang mempesona bermanfaat bagi umat banyak.
Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630