Wayan Supadno
Kita patut prihatin dengan tingginya prevalensi stunting 21,6%, sebabnya malnutrisi terutama kurang asupan protein hewani. Salah satu indikasinya indeks asupan daging sapi Indonesia masih rendah di Asean. Ini peluang emas usaha penghasil protein hewani.
Asupan daging sapi Indonedia 2,57 kg/kapita/tahun, Vietnam 5,4 kg/kapita/tahun, Malaysia 5,7 kg/kapita/tahun dan Singapura 7,5 kg/kapita/tahun. Itupun sumber daging sapi kita selama ini 55% dari impor sapi hidup dan daging beku dan 45% produksi domestik.
Seiring dengan kenaikan pendapatan per kapita masyarakat dan kenaikan jumlah penduduk memicu kebutuhan sapi naik tajam. Baik rasio asupan/kapita/tahun maupun jumlah konsumennya. Tidak perlu heran jika tahun 1985 kita ekpor sapi, saat ini impor makin besar saja.
Simulasi tahun 2030, jika menerapkan ekonometrika data dari empirik selama ini jadi pedoman. Tahun 2030, asupan dari 2,57 kg/kapita/tahun akan jadi 5 kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk akan 300 juta jiwa. Maka kebutuhan daging sapi tahun 2030 sekitar 1,5 juta ton/tahun.
Padahal saat ini tahun 2025 kebutuhan daging sapi hanya 800.000 ton/tahun (maksimal). Jika jumlah daging sapi 25% dari bobot sapi hidup maka kebutuhan tahun 2030 dengan 1,5 juta ton daging x 4 (100%) setara 6 juta ekor sapi hidup/tahun. Pasti impornya makin banyak lagi.
Jika Indonesia mau tidak impor maka harus punya indukan produktif minimal 2,5 x 6 juta ekor = 15 juta ekor agar anaknya 12 juta ekor jantan betina. Jantan saja 6 juta ekor/tahun. Sayangnya kita hanya punya 11 juta ekor sapi. Minus 5 juta ekor indukan sapi. Depopulasi karena PMK dan LSD.
Jika kenaikan impor hanya 55% dari pasar ke 60% maka tahun 2030 akan impor setara 6 juta ekor x 60% = 3,6 juta ekor sapi. Ini tidak bisa dielakkan lagi, jika tidak sejak sekarang tanpa impor indukan sapi jumlah besar – besaran hingga minimal 5 juta ekor indukan produktif.
Solusinya, stop impor daging beku baik kerbau maupun daging sapi. Alihkan total impor sapi hidup agar jadi lapangan kerja masyarakat yang saat ini lagi ada tsunami PHK besar – besaran hingga anak muda banyak yang kabur jadi TKI. Jutaan anak muda kabur adalah ancaman masa depan Indonesia.
Kalkukasi logisnya, jika impor akan terjadi 3,6 juta ekor, saat ini baru setara 2,5 juta ekor/tahun bobot 350 kg/ekor. Akan terjadi boros devisa Rp 72 triliun/tahun. Harusnya bisa jadi omzet 1 juta peternak jika Rp 72 juta/peternak/tahun. Belum lagi implikasi pada pekerja pakan maupun rumah potong hewan.
Ilmu hikmahnya, bahwa makin sejahtera dan makin banyak penduduk Indonesia sesungguhnya peluang emas bagi pelaku usaha produsen protein hewani (peternak) sapi. Apalagi Indonesia dominan Muslim saat Ramadhan dan Idul Adha pasarnya sangat besar. Mau jadi pemain atau penonton saja, tergantung kita.
Salam Mandiri 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630