Untuk mengambil ilmu bermanfaat dari sebuah kisah, ilmu hikmah. Berikut ini saya uraikan proses kisah nyata skala perorangan keluarga dan negara. Bagaimana proses terjadinya transformasi pemuda desa, perubahan besar mendasar, akibat dari kebijakan makro yang dibuat oleh pemerintah. Kawula muda perlu tahu.
Ilustrasinya.
Sekelompok anak muda di pedesaan lulusan SLTA dan Perguruan Tinggi. Jumlahnya ratusan. Awalnya menganggur, karena kondisi itu tanpa berpendapatan. Padahal hidup adalah biaya, itu hakikatnya. Agar bisa menghidupi kehidupan harus bisa membiayai hidupnya.
Artinya harus punya pendapatan, agar punya daya beli. Itu ilmu matematikanya jika diterapkan dalam ilmu ekonomi berbasiskan empirik, biasa disebut ekonometrika. Jika dalam BPS, batas garisnya Rp 2,9 juta/bulan. Biasa disebut garis kemiskinan.
Jika ratusan anak muda usai studi di SLTA dan Perguruan Tinggi tersebut, masih menganggur maka tanpa punya pendapatan. Tanpa punya daya beli. Otomatis biaya hidupnya, karena hidup adalah biaya, tergantung dari orang lain yang berpendapatan. Inilah pangkal kemiskinan, stunting dan mutu daya saing.
Jika kolektif maka jadi daya saing ekonomi sebuah bangsa di masa depan. Jika keluarga pendapatannya baik, maka daya beli makan dan non makan akan bermutu. Stunting kerdil kurang gizi dan retardasi kecerdasan akan terminimalkan. Masa depan bangsa akan lebih baik.
Karena ada kebijakan publik, yang dibuat oleh pemerintah atau politik. Misalnya gerakan anak muda desa jadi wirausahawan. Pembangunan iklim usaha berbenah total infrastruktur dan kemudahan perizinan berusaha. Hilirisasi hasil riset agar jadi inovasi membumi, tidak hanya disimpan di lemari saja.
Jika 5% saja dari pengangguran tersebut jadi wirausahawan. Maka tiada lagi pengangguran yang berdampak jadi miskin. Kalkulasinya jika ada 100 pemuda menganggur, lalu 5% setara 5 orang saja jadi wirausaha dengan merekrut pekerja 20 orang tiap wirausahawan. Akan setara 5 x 20 = 100 orang. Habis penganggurannya.
Agar semangat berwirausaha dan yang berusaha makin terus di scale up usahanya. Kemudahan usaha diperhatikan pemerintah, dilayani dengan cepat, didukung infrastrukturnya dan dipenuhi apa saja yang bisa mengurangi biaya produksi (HPP) nya.
Misal PLN agar tanpa memakai diesel dengan solar industri yang mahal, jalan agar lancar cepat perpindahan logistiknya sehingga bahan baku bisa lebih murah maupun produk jadi lebih kompetitif di pasar dan lainnya. Bahkan agar bergairah didukung KUR bunga bank lunak.
Alhasil, pengangguran yang tanpa berpendapatan rutin jadi tiada. Ganti berubah ikut berpendapatan sehat. Otomatis kemiskinan juga tiada. Melahirkan pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Berdampak pada pajak untuk APBN, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan bahkan devisa. Cadangan untuk impor barang – barang yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri tapi mutlak harus ada.
Agar makin kompetitif, HPP rendah dan bermutu. Didukung dengan hilirisasi hasil penelitian dari Lembaga Penelitian. Ini sangat penting sekali. Karenanya, hal sulit jadi mudah berkat inovatif. Hal berat jadi ringan karena inovatif. Hal yang dulunya masyarakat belum tahu jadi refleks terampil karena tiap hari memakai hasil inovasi.
Ketiga komponen utama di atas yaitu entrepreneurship kaum muda, iklim usaha dan hilirisasi inovasi di pedesaan. Yang mutlak harus diprogramkan oleh Capres Cawapres. Mengingat pedesaan masih mendominasi kemiskinan hingga 51% dan mendominasi pengangguran hingga jadi TKI di luar negeri legal ilegal 9 juta jiwa.
Jalan itulah yang ditempuh oleh RRC cara mengubah total negaranya yaitu ” Gerakan Transformasi Pemuda Desa “. Didukung total iklim usaha dan iklim inovasinya. Dulu kemiskinan 94% saat ini hanya 0,4%, hanya butuh waktu 40-an tahun saja. Belajarlah sampai ke negeri Cina, itu pesan di Kitab Suci.
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630