Fri. Feb 21st, 2025

Wayan Supadno

Memprihatinkan. Akhir – akhir ini ada istilah ” Kabur Dulu Ah ! “. Dipopulerkan oleh masyarakat yang tidak puas dengan keadaan lalu menyalahkan, utamanya karena sulitnya mencari lapangan kerja di dalam negeri. Lalu kabur ke luar negeri kerja atau jadi warga negara lain.

Karena di dalam negeri pengangguran makin banyak, tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang tercipta. Sebaliknya terjadi di luar negeri, kekurangan warga negara. Jumlahnya menyusut. Misal saja, Kanada, Jepang, Korea Selatan, Singapura dan banyak lagi.

Di negara – negara tersebut, jumlah kelahiran sedikit dibandingkan jumlah kematian makin banyak. Banyak rumah kosong tidak berpenghuni, banyak rumah dan pekarangan hanya dihuni oleh orang tua dan banyak orang tidak mau menikah untuk reproduksi agar punya keturunan penerusnya.

Selama 3 hari ini, ada beberapa orang Doktor bertamu ke rumah saya di Cibubur. Selain membahas obyek penelitian yang marketable. Juga membahas pengangguran. Pandangan saya, Indonesia adalah surga dunia. Peluang usaha terlalu banyak menari – nari di kelopak mata.

Mau bisnis industri hilirisasi nuansa inovatif agar cepat makmur sejahtera karena nilai tambahnya besar. Bahan baku di Indonesia berlimpah ruah hingga murah harganya lalu diekspor ke banyak negara. Modal usaha juga banyak. Parkir di bank milik pihak lain saja Rp 8.600 triliun.

Dari pada cuma deposito saja dapat Rp 3%/tahun, mendingan diajak gabung ke bisnis kita agar ” win – win solution “. Bagi hasil. Atau sekalian pinjam dana bank ada KUR hanya 6%/tahun. Sisi lain lagi, impor pangan masih ratusan triliun/tahun ini juga peluang pasar usaha. Tinggal budi daya inovatif agar kompetitif.

Banyak pengangguran karena kurangnya lapangan kerja, ditambah PHK massal akibat kalah bersaing dengan produk lain yang memakai AI, digital dan robotik. Sekaligus jutaan orang diwisuda tiap tahunnya. Tapi jumlah pengusaha pencipta lapangan kerja sangat sedikit hanya 3,47% (BPS).

Ibarat baut dan mur. Kebanyakan bautnya dibandingkan jumlah murnya. Baut tersebut terus diproduksi jumlah besar – besaran. Tapi jumlah mur tidak diperbanyak agar sebanding dengan jumlah bautnya. Lalu baut berebut mur. Praktis bautnya makin banyak yang tidak terpakai. Jadi pengangguran.

Solusinya bahan baku yang ada dilebur dijadikan mur sebanyak mungkin. Agar baut ada pasangannya. Agar baut ikut kerja produktif. Apapun alasannya harus banyak mencetak pengusaha/pebisnis yang menampung pengangguran hingga minimal 8% dari penduduk kita. Titik.

Konkretnya, seorang pengusaha memakai dana bank KUR jumlah Rp 500 juta bunga 6%/tahun, hanya setara 0,5%/bulan. Karyawan umumnya invest Rp 500 juta bisa 6 orang. Jika ada 1 juta saja pengusaha menengah tersebut maka jumlah pengangguran akan nol. Semua produktif. Pendapatan per kapita naik tajam.

Pendapatan per kapita Indonesia USD 5.200 setara Rp 7,8 juta/bulan. Akibat banyaknya pengangguran. Pendapatan per kapita Malaysia 3X Indonesia dan Singapura 14X Indonesia, karena minim pengangguran hingga impor TKI kita. Dampak dari jumlah pengusaha di Malaysia 4,8% dan di Singapura 8,76%.

Salam Improvisasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Praktisi Bisnis
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *