Sun. Feb 23rd, 2025

Indonesia milik kita yang tercinta ini, termasuk negara besar di dunia. Indikator utamanya produk domestik bruto (PDB) sekitar Rp 22.000 triliun, terbesar ke 16 di Dunia. Sayangnya pendapatan per kapita di bawah Rp 7 juta/bulan. Dampak dari banyaknya pengangguran, miskin dan rentan miskin.

Kontributor terbesarnya dari pedesaan berprofesi petani. Hingga Kemenko PMK melaporkan bahwa jumlah petani miskin dan rentan miskin ada 49,8% dari semua petani. Sebab utamanya kepemilikan lahan hanya 0,25 ha/KK sebanyak 16,68 juta KK (BPS). Artinya masalah petani, sebab utamanya.

Berangkat dari data fakta di atas maka kalau mau menatap Indonesia jauh lebih baik terbebas dari stunting saat ini 21,6%. Karena rendahnya daya beli akibat pengangguran 7,99 juta (BPS), TKI legal ilegal 9 juta (Kemlu) dan kemiskinan 25,7 juta (BPS), utamanya di masyarakat petani.

Maka solusinya harus Calon Presiden yang kebijakan politiknya berpihak ke :

Kemendes dan Kementan dengan alokasi anggaran 10% dari APBN setara Rp 320 triliun/tahun. Peruntukannya cetak sawah 7 juta hektar lagi di lahan gundul pasca pembalakan di Kalimantan. Untuk petani agar minimal 3 ha/KK. Maka tercipta lapangan kerja di pedesaan, petani sejahtera dan swasembada pangan.

Konkretnya, untuk padi 14 juta hektar agar beras 35 juta ton/tahun, tidak impor. Kedelai 1,9 juta hektar agar hasilnya 3,2 juta ton/tahun setara jumlah impor. Agar menanam tebu 800.000 hektar agar dapat gula 5,3 juta ton/tahun setara jumlah impornya. Jagung 600.000 hektar agar tiada impor. Bawang putih 110.000 hektar, agar panen 640.000 ton/tahun setara jumlah impor.

Impor sapi indukan 5 juta ekor agar anaknya yang jantan saja 2,1 juta ekor/tahun setara jumlah impor. Guna meniadakan stunting karena kurang protein hewani. Juga perlu relokasi anak sapi yang betina dari Provinsi NTT, NTB, Jatim dan Sulawesi ke Kalimantan agar daging murah karena pakan berlimpah, tanpa impor lagi.

Serius program melahirkan pengusaha baru usia muda. Sebanyak 14 juta lagi, setara 5% dari jumlah penduduk agar sesuai rasio negara maju 8,47% dari penduduknya. Agar menyerap pengangguran 7,99 juta dan TKI 9 juta. Dengan begitu akan nol pengangguran dan kemiskinan. PDB dan pendapatan per kapita naik tajam.

Implikasi lainnya lagi, serapan hasil riset (invensi) para peneliti lebih banyak lagi. Karena off taker hasil penelitian adalah para praktisi (entrepreneur). Sehingga indeks inovasi global tidak hanya peringkat ke 75 saja dan indeks kompleksitas ekonomi tidak hanya peringkat ke 61 di Dunia. Ini sangat penting sebagai modal dasar daya saing masyarakat dan bangsa Indonesia.

Menjaga dengan serius kelebihan Indonesia. Misal hilirisasi industri sawit. Indonesia penghasil sawit terbesar 53 juta ton/tahun sekaligus konsumen terbesar di dunia 25,3 juta ton/tahun. Devisa didapat dari sawit saja Rp 630 triliun/tahun. PDB dari sawit Rp 1.540 triliun setara 7% dari PDB Nasional.

Bahkan sejak Biodiesel, Bioavtur dan Bensawit jika dimaksimalkan hasil sawit ke energi maka akan minus 50 juta ton/tahun. Ini butuh solusi kebijakan jika mau dapat devisa Rp 630 triliun tapi juga energi terbaharukan dari sawit semua. Harus ada peningkatan produktivitas atau perluasan khusus untuk energi di lahan gundul pasca pembalakan.

Solusi cepat adalah khusus petani sawit bebaskan dari ancaman klaim dari Kemen KLHK agar proses peremajaan sawit benih legal inovasi bisa skala luas lagi. Ingat sawit menyerap tenaga kerja langsung 4,2 juta dan tidak langsung 12 juta. Jangan sampai mengulangi kesalahan fatal gula, dulu eksportir terbesar ke 2, saat importir terbesar di Dunia.

Maka pilihlah Calon Presiden yang punya progja terukur memberi solusi konkret di atas. Demi memastikan Indonesia jadi negara maju karena pemimpinnya punya leadership mumpuni yang disegani dunia dan berjiwa entrepreneur. Ini sangat penting bagi rakyat Indonesia dan keluarga petani utamanya.

Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *