Wayan Supadno
Dalam dunia bisnis hampir tiada hari tanpa melibatkan ilmu matematika dalam implementasi. Dulu disebut soal kalimat matematika. Mempraktikkan ilmu matematika dalam upaya mencari solusi terhadap permasalahan bisnis. Ini sangat penting bagi anak muda yang mau jadi pebisnis.
Artinya jika mau jadi pebisnis hebat hal mutlak harus punya kemampuan refleks dalam ilmu matematika kaitan bisnis. Agar itu terwujud maka harus sesering mungkin melatih diri memberdayakan matematika. Lambat laun akan skill. Cepat, akurat dan presisi dalam estimasinya.
Contoh konkret penggunaan ilmu kalimat matematika dalam bisnis ;
1). Potensi pasar dan penguasaan pangsa pasar.
Seorang pebisnis harus bisa jadi intelijen pasar. Harus bisa membuat tabulasi data potensi pasar hasil kinerja intelijen pasar. Lalu bisa menganalisanya dengan tepat. Bisa membuat hipotesa maupun kesimpulan dengan cepat akurat ” potensi pasar ” nya, jadi dasar investasinya.
Selanjutnya bisa membuat target capaian ” pangsa pasar ” yang mau didapatkannya. Menentukan strategi penetrasi pasarnya. Menentukan STP (segmentasi, target dan posisi)nya. Semua di atas berbekal hasil analisa data, karena telah punya skill mengelola kalimat matematikanya.
Misal, seorang peternak sapi. Akan menentukan jenis sapinya, sangat dipengaruhi oleh data dan hasil analisanya. Kesimpulan apa maunya pasar sehingga marketable. Jumlahnya, jika berlebih akan menurunkan harga tapi jika kurang akan memgundang pesaingnya jadi ancaman.
2). Harga pokok produksi (HPP) dan daya saing.
Pebisnis selalu jeli terhadap perhitungan dengan kalimat matematikanya. Karena harus mengolah data biaya terfiksasi maupun biaya penyerta produksi. Karena data ini akan dikompilasi lalu akan menimbulkan kesimpulan berapa besar HPP nya, berapa harga jual pantas dibandingkan HPP dan pesaingnya. Agar tahu profit marginnya.
Dengan daya nalar analisis penerapan ilmu matematika pada proses produksi itulah seorang pebisnis bisa membuat kaji ulang. Bisa membuat estimasi ke depan apa yang harus diprediksi dan diantisipasi. Otomatis jika itu sudah skill maka PPIC (Production, Planning and Inventory Control) akan lebih baik lagi. Cashflow akan sehat.
Misal, peternak sapi tersebut akan disiplin mencatat apa yang akan dikerjakan dan mencatat apa yang sudah dikerjakan utamanya ” kaitan angka ” nya. Agar tahu persis presisi tidaknya dalam proses produksi mulai tenaga kerja, pakan, listrik dan lainnya termasuk pendapatan dari hasil jual feses maupun dagingnya.
3). Validasi bahan baku dalam angka.
Bagi pebisnis bermain angka sikap teliti hal mutlak harus dijalankan. Termasuk bermain angka dalam pra produksi pada proses seleksi bahan baku, baik angka kadar kualitas maupun kuantitasnya. Proses seleksi yang ketat bahan baku, akan memberikan kontribusi besar terhadap kualitas produk akhir yang akan dipasarkan.
Artinya saat bahan baku tanpa jeli dalam perhitungan matematika bisnis maka akan jadi masalah tersendiri dan serius. Karena akan mengganggu saat proses produksi. Juga akan mengganggu pangsa pasar yang telah didapatnya dengan susah payah. Ini kadang banyak yang tidak menyadari. Lalu gagal produksi. Atau gagal dipasarkan. Rugi besar.
Misal, peternak sapi di atas. Jika gagal cara kalkulasi logis matematisnya dalam memilih sapi bakalannya maka akan lambat tumbuh kembangnya. Jika gagal memilih dan menghitung kadar uji proksimatnya yang mau dijadikan formula pakan juga akan jadi kontributor gagal juga. Tapi jika tepat niscaya akan jadi peternak sapi yang sukses. HPP rendah, laba besar dan kompetitif.
Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Praktisi Agribisnis Inovatif
HP 081586580630