Percepatan majunya sebuah bangsa sangat dipengaruhi oleh peringkat indeks inovasi global, hasil penelitian para peneliti yang dipatenkan tapi juga dihilirisasikan jadi inovasi membumi. Ini berimplikasi pada peringkat indeks kompleksitas ekonomi, artinya kemampuan sebuah bangsa dalam mengubah bahan baku jadi produk – produk bernilai ekonomi tinggi.
Indonesia, indeks inovasi global masih peringkat ke 54 dan indeks kompleksitas ekonominya masih peringkat ke 97, masih jauh dari harapan. Padahal idealnya negara maju jika indeks inovasi globalnya pada peringkat maksimal ke 10 dan indeks kompleksitas ekonominya peringkat ke 15. Peran mutu manusia, pertama dan utama.
Banyak negara sukses meningkatkan peringkat indeks inovasi global dan indeks kompleksitas ekonomi bangsanya. Dilakukan dengan cara meningkatkan anggaran APBN untuk riset, efisiensi penggunaan dana riset agar marketable, kualitas peneliti yang mumpuni dan kolaborasi antara akademik dengan industri. Sebagai off takernya.
Sebuah negara punya pendapatan per kapita tinggi. Misal Singapura $ 84.599 hingga setara 18 kali lipatnya Indonesia $ 5.277, Swiss $ 95.837 hingga setara 19 kali lipatnya Indonesia. Penyebab utamanya karena banyak penelitinya hebat, efisien dalam menggunakan dana riset dan kolaboratif tinggi antara akademik dan industri. Tercermin indeks inovasi global Swiss peringkat ke 1 dan Singapura peringkat ke 4.
Berikut contoh konkret di lapangan karena inovatif, lalu dipraktikkan di lapangan meningkatkan kompleksitas ekonomi dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan ditandai oleh naiknya daya beli. Karena adanya lapangan kerja tercipta menyerap pengangguran dan produktif dapat gajian.
Kelapa.
Seorang sahabat 9 tahun silam datang ke rumah saya di Cibubur berulang kali. Hingga nginap. Ngajak kerja sama, karena kesulitan mengatasi limbah cair banyak strain mikrobanya. Karena saya skill masalah tersebut. Saat itu masih bisa dibilang nol besar. Tapi saat ini sudah punya pabrik di 3 lokasi valuasi bisnisnya di atas Rp 0,5 triliun dan karyawannya maupun plasma petaninya ribuan.
Itu semua karena punya jiwa entrepreneur dan inovatif. Kelapa afkir di sentra kelapa biasanya berserakan di kebun, tanpa dipanen atau dibawa pulang karena tidak memenuhi spek maunya pasar. Terlalu kecil walaupun tua. Dikumpulkan tentu dengan harga murah, karena sebelumnya tidak laku. Dijadikan VCO dengan rendemen 17% dari dagingnya.
Karena harga pokok produksi (HPP) rendah maka bisa jual murah ke RRC dan Jerman. Karena bisa dipercaya lalu dapat kerja sama mesin dari RRC dan Jerman, harga mesin canggih tersebut tukar dengan VCO harga hanya Rp 40.000/kg. Selain VCO, bahan baku kelapa tersebut diurai lagi jadi karbon aktif dari tempurungnya juga ekspor dan masih dapat bungkil kelapa pakan sapi.
Labanya berkali lipat ratusan persen. Otomatis mesin dari RRC dan Jerman tidak sampai setahun bisa dilunasi. Ekspansi buka pabrik lagi agar bisa memanfaatkan kelapa tua murahan jadi produk – produk langka bernilai ekonomi tinggi, harga mahal di banyak negara. VCO jika dalam kemasan apik bisa Rp 400.000/kg jika jadi 4 botol 250 ml/botol. Hidupnya sangat bermanfaat bagi banyak orang.
Praktis masyarakat yang dulunya tanpa punya pekerjaan (pengangguran) lalu miskin. Pada berubah jadi sejahtera karena punya pekerjaan menghasilkan jadi karyawan dan mitra usaha plasma petani maupun vendornya. Begitu juga eksportir juga dapat cuan. Peneliti dapat apresiasi karena hasil risetnya membumi. Negara dapat pajak dan devisa jumlah besar.
Saya kebagian juga karena terpakai skill saya mengendalikan mikroba patogen pada limbah cairnya. Karena saya biasa membuat formula pupuk hayati Bio Extrim, Organox. Biopestisida Bomax. Hormonal Hormax. Sejak 2009 Hak Kekayaan Intelektual saya, saat ini beredar di banyak petani maupun di online. Ramai cukup marketable hingga saat ini jadi market leader. Otomatis mengatasi limbah cair beresiko tinggi terasa tidak terlalu sulit bagi saya.
Ilmu hikmahnya, betapa sangat pentingnya mutu manusia. Kekayaan alam berlimpah kelapa tua afkir jutaan butir berserakan puluhan tahun. Tanpa jadi nilai kapital yang bermanfaat. Jadi limbah saja, pada tumbuh berserakan menghabiskan biaya herbisida untuk membasminya. Tapi di tangan ” mata entrepreneur yang inovatif ” diubah jadi produk mahal beragam dan bermanfaat bagi jutaan manusia di banyak negara.
Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Praktisi Agro Inovatif
HP 081586580630