Beberapa hari ini saya dapat penawaran kandang sapi dijual, untuk penggemukan. Di Banten, Sukabumi, Bekasi dan Purwakarta. Semua kapasitasnya ribuan ekor sapi.
Begitu juga 2 tahun ini di Kalteng, milik perusahaan sudah dijual. Sapinya belasan ribu ekor. Saya cuma kebagian 800-an ekor saja. Sisanya entah kemana, termasuk yang betina, habis terpotong.
Yang di Purwakarta Jabar, kandang dan fasilitasnya, luas tanah 15 hektar ditawarkan Rp 50 miliar. Sapinya butuh diaudit ulang validasinya. Jika 3.500 ekor setara Rp 80 miliar. Total jadinya Rp 130 miliar.
Secara umum saat saya diskusi kenapa pada mau dijuali. Alasannya kalah bersaing dengan daging kerbau impor dari India. Di sana Rp 50.000/kg di Indonesia dijual minimal Rp 80.000/kg.
Daging kerbau India murah karena bukan jadi produk utamanya. Diambil susunya, dari susu saja sudah dapat laba sehat. Hampir bisa dibilang produk afkirnya. Ekstrim murah, setara 50% harga daging sapi Indonesia.
Tak ubahnya gula pasir dari India dan Brasil. Produk utamanya alkohol dan BBN bioetanol. Selain itu tebu sebagai penghasil pakan ternak dan pupuk yang kembali ke lahan. Agar makin subur. Riil ekonomi sirkular. Harga 55% dari Indonesia.
Kembali fokus pada portofolio risiko peternakan sapi Indonesia dampak dari impor daging kerbau yang super murah. Di Purwakarta jika ditutup maka akan PHK 120-an KK pekerja. Begitu juga di Banten. Di Kalteng kandang sapi 12.000 ekor ditutup.
Menyimak data fakta di atas saja saya selaku Anak Bangsa merasa ngeri sekali. Apalagi ditambah pemotongan sapi betina produktif massal tiap hari. Di Jatim saja menurut Jagal sapi dari Jombang Bapak H. Amin minimal 500 ekor/hari se-Jatim.
Jika ingin tahu 6 tahun korban sapi betina. Di Jatim saja 500 ekor x 365 hari x 6 tahun = 1 juta ekor lebih. Itu pabrik pedet anak sapi. Masa depan populasi. Objek ilmu dan rezekinya anak muda sarjana peternakan, kedokteran hewan dan lainnya.
Jika para peternak pada demotivasi beternak. Lalu pada dijual, dananya diparkir di bank juga. Padahal saat ini dana tabungan masyarakat pasif di bank sangat besar yaitu Rp 8.600 triliun (Presiden Jokowi). Bisa dibayangkan dan kalkulasi logiskan dampak imbasnya.
Konkretnya jika dana yang parkir terpakai investasi tumbuh laba 20%/tahun. Maka setara tambah Rp 1.600 triliun/tahun jadi kesejahteraan masyarakat. Ekonomi tumbuh, pendapatan per kapita, pajak dan lainnya ikutan tumbuh. Pengangguran, stunting juga bisa tertekan.
Negara terbaik, saat warganya berebut peran membangunnya. Maka harus bisa cipta kondisi ” Iklim Usaha ” seperti itu. Bukan sebaliknya.
Salam
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630