Fri. Sep 20th, 2024

Empiris.
Sejak saya menulis artikel dengan judul ” Ketimpangan Ekonomi, Masalah dan Solusinya “. Spontan saya ditelepon oleh 4 orang Konglomerat Indonesia. Kebetulan saya kenal baik dan punya kedekatan. Karena kaitan hubungan koordinasi misi sosial kemanusiaan, parsial bisnis.

Begitu juga tadi malam, sejenak jumpa lagi dengan Konglomerat lagi. Bapak Martias, Ownernya Surya Dumai Group. Karena sudah lama tidak jumpa, tanpa sengaja. Kami kaget. Berpelukan. Pesannya sama semua 4 orang Konglomerat tersebut. Mari kita bangun Indonesia, utamanya kawula muda.

Tadi malam saya merenung, dari 4 Konglomerat tersebut yang saya kenal dekat. Pengangguran yang diserap agar kerja produktif di perusahaannya tidak kurang dari 200.000 orang. Mulai lulusan SLTA hingga Pascasarjana S3. Pajaknya dari 4 orang konglomerat tersebut triliunan per tahunnya untuk APBN kita.

Sekalipun para konglomerat mengkaryakan para alumni kampus hebat, lulusan terbaik di pascasarjana. Tapi beliau – beliau bukan alumni kampus hebat. Bahkan H. Abdul Rasyid mengaku hanya lulusan SMP. Begitu juga H. Chairul Tanjung, H. Dahlan Iskan dan lainnya. Kita tahu lulusan pendidikan formalnya.

Implikasi lainnya, karena kiprah para pengusaha hebat tersebut. Mendongkrak pendapatan per kapita. Yang dulunya menganggur jadi produktif minimal untuk 200.000 karyawan dan suppliernya serta distributor produknya. Membendung impor. Konkretnya, sapi milik H. Abdul Rasyid 9.000 an ekor, menghemat devisa mengurangi impor dari Australia.

Kadang, saya berpikir kritis. Sesungguhnya yang menjadikan mereka tampil mempesona jadi Konglomerat makin menggurita bisnisnya adalah ” Perguruan Tinggi Hebat ” di Indonesia. Karena saya amati 99% manajemennya. Mulai manajer hingga direksi di perusahaan raksasa tersebut justru para alumni dari kampus hebat. Lulus terbaik. ” Ini harus disadari “.

Semalam seharian penuh, saya ikut acara Gathering Alumni Universitas Airlangga Surabaya, untuk wilayah DKI. Siang harinya dihadiri Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Airlangga. Ibu Khofifah, Gubernur Jatim. Bersama seluruh pejabat Unair Surabaya. Pesan Ketum IKA Unair, ” Alumni Unair harus kerja keras, kerja sama dan menjaga persatuan Indonesia “.

Malam harinya ramah tamah bersama Rektor Unair Surabaya Prof. DR. M. Nasih, Para Wakil Rektor dan Tokoh Nasional di DKI yang alumni Unair Surabaya. Misinya Pak Rektor menyerap aspirasi dari alumninya. Dari multi profesi saat ini dan multi asal fakultasnya dulu. Acaranya sangat bagus dan produktif. Luar biasa. Sangat sinergis. Disimak dengan seksama semua masukannya. Hebat.

Pada sesi saya memberi kesan dan pesan. Sama persis apa yang biasa saya sampaikan ke perguruan tinggi lainnya. Bahwa ;

1. Kita harus bersyukur atas capaian kinerja dunia pendidikan saat ini. Indonesia jauh lebih cerdas dibandingkan dulu, putra bangsa Indonesia banyak berkiprah di tingkat dunia, hasil riset kita juga nyata bermanfaat, misal Vaksin Merah Putih dan lainnya. Saya bangga jadi alumni Unair, no 2 terbaik dalam reputasi alumninya dan Unair masuk 400 perguruan tinggi terbaik di dunia, peringkat 345. Indonesia hanya ada 4.

2. Sisi lain, kita mesti berani belajar dari kenyataan dan data yang ada. Adanya konglomerasi juga karena alumni hebat yang berperan jadi ” Tim Pemikir Suksesnya “. Adanya jutaan pengangguran, kemiskinan, rasio gini makin menganga, stunting dan 9 jutaan TKI akibat langsung dari minimnya jumlah pengusaha yang dilahirkan oleh perguruan tinggi.

3. Sehingga perguruan tinggi bijaknya harus mawas diri. Kaji ulang, kenapa ini terjadi. Alternatif solusinya parameter ukur mestinya perguruan tinggi hebat salah satunya harus punya alumni pengusaha minimal 30% yang punya karyawan minimal 100 orang. Bukan hanya employability dan alumni reputation saja, misalnya.

4. Penting disadari jika semua perguruan tinggi punya alumni, minimal 30% saja jadi pencipta lapangan kerja kepada 100 kepala keluarga. Maka implikasinya tiada lagi ada pengangguran, tiada TKI, kemiskinan akan terkurangi banyak karena yang menganggur jadi produktif dan mendongkrak pendapatan per kapita.

5. Implikasi lainnya, APBN akan berubah sangat besar karena pembayar pajak jumlah besar skala puluhan miliar/pengusaha/tahun akan makin massal lagi, impor makin terkurangi hemat devisa dan pemberdayaan alam akan makin banyak dikelola oleh putra bangsa Indonesia dan stabilitas nasional terkendali. Inovasi hasil risetnya, membumi diserap oleh para pengusaha alumninya.

Kesimpulan ;

1. Penting dibangun iklim sinergitas antara alumni yang jadi pengusaha dengan almamaternya. Diajak kembali ke kampus untuk berbagi kiat – kiatnya mewujudkan diri jadi pengusaha kepada adik – adik mahasiswa. Ilmu teori dari dosen sangat penting, tapi ilmu hikmah empirik dari praktisi juga tidak kalah pentingnya. Idealnya disinergiskan.

2. Soal proses jadi pengusaha bukan sekedar soal paham hafal teori saja, tapi hasil formulasi antara mental bernyali mengawali, integritas tinggi dan kualitas mumpuni dengan cara mempraktikkan ilmu maupun inovasi. Kesemuanya itu adanya pada yang pernah dan sedang mengalami yaitu pengusaha itu sendiri.

3. Pengalaman tidak diperjualbelikan di toko, pengalaman guru terbaik dan pendidik sejati. Jika ada yang menganggap jadi pengusaha adalah hal mudah, coba dipraktikkan saja jadi pengusaha agar jadi solusi bangsa ini. Yang saya tahu, 1 kelapa dengan 10 kelapa, jumlah santannya beda.

Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *