Tue. Sep 17th, 2024

Kawula muda, peran mentalitas sangat penting jika kita berprofesi sebagai pebisnis. Mentalitas bagian dari kecerdasan emosional yang kita tahu kontribusinya sangat besar dalam proses tumbuh kembang kita.

Sangat penting dan tidak mudah, karena bersumber dari dalam diri sendiri. Melalui proses kesadaran diri sendiri tiada henti. Misal etika, semangat, kemauan keras, nyali, tanggung jawab, improvisasi dan lainnya.

Terlalu banyak yang bercita – cita jadi entrepreneur/pengusaha. Bisa cipta lapangan kerja dan peran lainnya. Tapi terlalu sedikit yang bisa mewujudkan. Saat mahasiswa ditanya, siapa mau jadi pengusaha, 100% minat.

Saat reuni tidak lebih dari 2% yang jadi pengusaha seperti mimpinya. Sisanya yang 98% gagal. Itu karena kecerdasan emosionalnya tidak diberdayakan. Sebabnya tidak mau memulai, improvisasi dan pantang menyerah.

Begitu juga yang sudah memulai. Umumnya mau berhenti menyerah kalah jadi pasukan ” para penyerah ” justru saat gagal sekali dua kali mengawali usaha. Akhirnya gagal permanen selamanya. Padahal sudah punya ilmu hikmah sebabnya gagal.

Andaikan tidak menyerah kalah. Tapi justru jika gagal diambil ilmu hikmahnya, lalu ilmu hikmah tersebut jadi bekal melangkah lagi agar tidak mengulangi sebabnya gagal. Terus dan terus seperti itu. Niscaya cita – citanya jadi pengusaha terwujud.

Ini bukti bahwa peran kecerdasan emosional (mentalitas) hal penting. Mental berani mengawali. Mental jika gagal berani mengulangi. Mental terus improvisasi diri membekali diri agar makin mumpuni lagi. Mental berani memimpin jarak jauh.

Lambat laun terlalu banyak pekerjaannya dan terlalu sibuk. Solusinya berbagi tugas dengan orang lain sebagai pemasok atau pemasar. Berbagi tugas peran yang rutinitas bersifat teknis kepada orang lain. Itulah prosesnya cipta lapangan kerja.

Lambat laun akan terbiasa selalu kekurangan bahan baku. Akan kekurangan kapasitas produksi karena banyaknya permintaan pasarnya. Lalu membutuhkan dana lebih besar lagi, solusinya melibatkan pihak lain sebagai pemodal.

Lambat laun merasa ilmunya kurang lalu senantiasa belajar baik dari buku, pergaulan maupun dengan cara lain. Yang semua intinya agar kapasitas intelektual dan keterampilannya ter up grade. Agar tetap terjaga dihargai lalu mudah memimpinnya.

Proses di atas dari ruas ke ruas, sangat membutuhkan peran mentalitas. Membutuhkan peran kecerdasan emosional. Penjabaran dari kesadaran diri, antusias diri, aktualitas diri dan seterusnya. Wujud dari kecerdasan emosional.

Contoh nyata, pada pengalaman saya pribadi. Saat mengawali usaha jual karung bekas, cangkang sawit, sekam padi dan lainnya. Semua milik orang lain sekalipun baginya sampah limbah saja. Harus bisa transaksi dan dapat laba.

Begitu juga saat saya bangkrut Rp 38 miliar 14 tahun silam hingga nol aset. Jika saya menyerah kalah maka saya jadi bagian dari ” Pasukan Penyerah “. Saya tidak mau. Harus bangkit lagi. Membangun mentalitas diri. Tanpa kemauan keras, mustahil terwujud.

Sekali lagi, kawula muda mesti sadari jika mau mewujudkan mimpi jadi pebisnis. Hal mutlak harus mau membangun kecerdasan emosionalnya. Mentalitasnya. Spirit tinggi terus membekali diri dan bersinergi dengan pihak lain.

Pendek kata, tiada kata menyerah saat gagal. Jika mau menyerah, saat di puncak sukses agar ada legacy.

Salam Improvisasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *