Mon. Jun 23rd, 2025

Wayan Supadno

Empiris
Artikel singkat ini, saya tulis di atas pesawat perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta ke Bandara Banyuwangi. Pulang ke kampung halaman di Curah Jati. Kampung teramat kecil, berbatasan langsung dengan hutan jati milik PT Perhutani bagian selatan, barat dan sebagian utara. Misi mengontrol pekerjaan. Berkala rutin.

Banyuwangi, sekarang penerbangan 3 kali penuh terus. Dominan pebisnis yang investasi dan rekreasi. Banyuwangi 15 tahun terakhir, jenggirat tangi (spontan bangkit). Selain kaya alamnya ada keajaiban dunia ” Api Biru ” di Ijen, ada juga Alas Purwo sentra selancar kelas dunia dan Pulau Merah. Sentra buah naga terluas dan inovatif di Indonesia. Budayanya, luar biasa.

Hampir 3 bulan saya tidak kontrol pekerjaan di Pangkalan Bun Kalteng, di antaranya ada usaha kebun sawit durian alpukat, sapi dan ikan patin. Begitu juga sudah lebih dari setahun tidak kontrol kebun durian di Kaltim dan sudah 4 bulanan saya tidak ke tempat formulasi sekaligus produksi Hormax, Organox dan Bio Extrim hak kekayaan intelektual saya di Cileungsi Bogor.

Saya jarang terlibat dalam urusan bisnis, apalagi terus di tempat hanya untuk mengawasi tiap hari. Semua pekerjaan saya percayakan ke manajemen profesional pengelola usaha. Agar mereka bisa merdeka mengelola usaha dan goal produktif sesuai komitmen. Semua segmen dan ruas kegiatan bisnis ada yang mengelola.

Begitu juga saat ada usaha rumah sakit, klinik, apotik, PBF, dan properti. Jarang sekali saya terlibat hal taktis teknis. Semua dikelola oleh para ahli di bidangnya ada dokter, apoteker, arsitektur dan lainnya. Dengan harapan agar para ahli bisa totalitas mengelolanya. Paling rutin berkala saya melibatkan akuntan publik, untuk kontrol keuangan.

Sama halnya, tahun 1995. Saya mengawali usaha ” modal dengkul ” karena dari nol. Pangkat masih Letnan Dua. Karena terlalu sibuk dinas militer jadi guru pelatih militer dan komandan sekaligus jadi Dan Tim Keslap di Dodiklatpur. Maka semua usaha dikelola oleh tim. Agar sama jalan dan produktifnya. Bisnis tidak mengganggu profesi sebagai perwira militer. Tiada banyak tahu. Bisnis sunyi senyap.

Sehingga tidak jarang ada multitafsir. Ada yang menganggap saya hanya herdernya konglomerat, ada yang menganggap saya anak konglomerat, ada yang menganggap saya punya tuyul dan lainnya. Semua salah. Bagi saya anggapan itu, tidak penting. Yang penting nyatane. Saya yang tahu. Harus halal yang bermanfaat bagi orang lain jumlah banyak.

Ada lagi, yang menganggap saya cuma dolanan medsos. Kapan kerjanya ? Ada juga meragukan artikel ini, bukan karya saya. Orang tidak tahu bahwa ini 100% asli artikel saya. Buah pikir saya. Yang merapikan jika ada yang salah ketik, 3 anak mahasiswa dapat beasiswa dari saya, diberdayakan agar punya tanggung jawab dan skill.

Kawula muda, beragam kisah saya di atas. Namanya sistem di dalam usaha. Sangat penting. Harus dibangun sejak dini mulai usaha/bisnis. ” Agar usaha tetap jalan produktif sekalipun kita sebagai pemilik (owner) tidak di tempat dan tidak terlibat lagi, sehingga kita bisa jalan – jalan “. Agar tidak sibuk bisnis melulu. Agar ada waktu buat Tuhan, keluarga, olahraga dan misi sosial kemanusiaan.

Pebisnis bukan orang sibuk bisnis, asal punya leadership. Tapi pebisnis harus jadi dermawan, perekrut pengangguran, solutif masalah masyarakat untuk mendongkrak daya beli, penyerap hasil penelitian agar membumi yang on market bermanfaat bagi masyarakat, pembayar pajak jumlah besar rutin untuk APBN, cetak devisa dan lainnya. Maka mari jadi pebisnis inovatif. Solutif.

Salam Leadership 🇮🇩
Wayan Supadno
Pebisnis Inovatif
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *