Tue. Jun 24th, 2025

Dunia makin menunjukkan fenomena baru yang sangat sulit diprediksi apa yang akan terjadi. Setidaknya tahun 2023 saja, semua negara pada cemas perihal pangan, energi, keuangan, perubahan iklim dan ketenagakerjaan. Nampak jelas sekali gejalanya.

Semua negara diuji kedaulatannya dan kemampuan adaptasi menuju keseimbangan dunia era baru. Tiada satu pun negara yang bisa mandiri total tanpa tergantung dengan negara lain. Saling terkait terikat karena punya plus minus beda – beda.

Fenomena itu di antaranya ;

1. Pangan harganya naik tajam, jumlah pasokan tidak sebanding jumlah permintaan. Saat bersamaan permintaan naik sejalan tambahnya jumlah penduduk, tapi pasokan turun dampak terjebak di Rusia dan Ukraina serta perubahan iklim ekstrim.

2. Energi karena inilah nafasnya bangsa. Banyak negara menghadapi dilematis antara dimandirikan atau disubsidi. Kalau disubsidi dikaitkan jumlahnya. Berimbas pada inflasi dan kemiskinan yang akan timbul. Terkunci oleh pendapatan per kapita. Rentan kegaduhan.

3. Keuangan pemacu produktifitas tapi juga menekan inflasi. Harus pas formulasinya. Fenomenanya suku bunga bank cenderung diturunkan agar dikaryakan oleh dunia usaha. Saat ini bunga tabungan 0%, deposito 2,5%. Sisi lain iklim investasi meragukan, karena sulit diantisipasi apa yang akan terjadi.

4. Ketenagakerjaan banyak negara panen pengangguran tapi banyak negara pula krisis tenaga kerja. Dampak pembatasan mobilisasi manusia karena pandemi covid 19. Alhasil sebagian tidak kembali ke tempat kerja asalnya, sisi lain lagi ada yang meluber penganggurannya.

Lalu apa peluang yang mesti diambil oleh Indonesia yang kaya raya alamnya, besarnya jumlah penduduk 274 juta jiwa sebagai pasarnya dan banyak pula penganggurannya saat bonus demografi usia produktif 70,2% saat ini ?

1. Sejak tahun 2023 makin berebut pangan. FAO organisasi pangan dunia menyatakan dunia kekurangan sawah seluas 5 miliar hektar lagi. Agar jumlah beras yang dihasilkan sepadan dengan kebutuhan dunia makin banyak. Perubahan iklim dan konflik Rusia Ukraina pemicu utama.

2. Transformasi pemuda, berbasiskan mental kreatif berilmu adaptif dengan inovasi sebuah keharusan. Sekali lagi, harus. Tak ubahnya yang telah dilakukan oleh Belanda, Thailand, RRC, Ethiopia dan Vietnam. Sejak puluhan tahun silam. Saat ini negara tersebut jadi produsen pangan dunia.

3. Iklim investasi pangan harus jadi perhatian serius kebijakan. Agar jadi media biak tumbuh suburnya praktisi inovatif di bidang pangan. Serapan kredit investasi hanya 25% dari total kredit bank yang tersalurkan, idealnya 75%. Ini pertanda minimnya praktisi sebagai investor Indonesia.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
Hp 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *