Tue. Sep 17th, 2024

Beberapa hari lalu, saya ke Cikupa Tangerang Banten. Mau cek fisik penjual tepung bulu ayam yang dikenal kadar proteinnya 80 sd 90%, tapi harganya murah. Karena limbah rumah potong unggas yang diberdayakan sesuai manfaatnya.

Kebutuhan saya 40 ton/bulan, rutin jangka panjang karena untuk bahan baku pellet pakan ikan patin di kolam saya di Pangkalan Bun Kalteng. Tinggal saya buat perlakuan rekayasa mikroba agar proteinnya lebih sederhana.

Di Indonesia masih sangat banyak produk samping dari industri rumah potong unggas/ayam yang belum dimanfaatkan. Sehingga statusnya dianggap limbah. Begitu juga darah hewan yang juga banyak. Padahal keduanya bisa jadi pakan ikan.

Jika tanpa dikelola dengan baik dan benar. Maka akan jadi sumber pencemaran lingkungan. Aroma tidak sehat dimusuhi tetangganya. Begitu juga cairan dan padatnya. Sehingga butuh biaya ekstra untuk mengatasinya, rutin jangka panjang.

Yang benar adalah limbah ditiadakan, di Nol kan. Semua jadi komoditas yang bernilai ekonomi dan bermanfaat sesuai perannya. Tentu oleh ahlinya atau yang punya skill pengalaman panjang terbiasa mengelolanya. Agar limbah jadi berkah.

Bukan hanya pada ikan patin saya saja. Pada usaha ternak sapi saya di BJA Farm Pangkalan Bun Kalteng. Setidaknya butuh 3 truk/hari untuk pakan sapi. Bungkil dan solid limbah pabrik kelapa sawit (PKS). Selain itu juga butuh dedak produk samping dari kilang padi.

Kilang padi dan PKS karena dapat uang masuk dari bungkil, solid dan dedak bekatul. Maka berimplikasi bisa beli bahan baku lebih mahal dari petaninya. Petani sawit dan padi terangkat kesejahteraannya. Produknya juga bersaing.

Begitupun saya, sebagai penampung off taker nya. Bisa menekan biaya produksi dan hasil produksi tetap tinggi. Biaya rendah, hasil tinggi. Jika dibagi jadi indeks. Itulah harga pokok produksi (HPP) rendah. Produk akhir bisa bersaing harga dibandingkan beli pakan pabrikan.

Ada lagi, sahabat saya bisnisnya ekstrak buah tropis. Semua buah yang afkir tidak laku di pasar induk ditampung. Buah di toko buah yang hampir kadaluarsa diselamatkan. Diekstrak dan dikemas rapi kedap udara. Marketable. Labanya meriah.

Masyarakat penikmat ekstrak buah tiada yang tahu kalau bahan bakunya buah grade C, afkir dan mau kadaluarsa. Karena sudah diproses dengan mesin teknologi tinggi. Kemasan mewah. Narasinya menggoda tertulis rapi dan apik pada label botolnya. Karena banyak mampu membendung impor.

Sahabat saya tersebut, 7 tahun silam bukan siapa – siapa datang ke rumah saya berulang kali. Tapi saat ini valuasi bisnisnya ratusan miliar. Petani plasmanya ribuan keluarga. Karyawannya ratusan. Karena inovatif mengubah limbah jadi ekstrak buah dipasarkan ke pabrik besar.

Luar biasa perubahan hidupnya. Makin terasa banyak masyarakat dapat manfaat nyata dari kiprahnya. Mungkin sadar, setelah saya doktrin bahwa mental bernyali memulai hal sangat penting. Tanpa memulai tanpa perjalanan. Beringin besar berawal dari benih kecil. Tokoh legendaris dunia, bermula dari garasi saja.

Dari kisah di atas, itulah yang biasa disebut Bisnis Ekonomi Sirkular. Nol Limbah. Biokonversi. Bahan bakunya murah meriah karena dianggap limbah. Setelah proses inovatif jadi produk langka jadi rebutan pasar lalu harganya mahal. Laba besar, jadilah sejahtera. Kuncinya mental bernyali inovatif.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *