Tue. Jun 24th, 2025

Wayan Supadno

Seorang sahabat saya, kebetulan konglomerat mengajari saya agar mengawali bisnis hilirisasi. Karena pengalaman beliau labanya sangat besar.

Sehingga valuasi aset bisnisnya cepat meroket, karyawan banyak makin terasa hidupnya bermanfaat bagi orang lain jumlah banyak.

Pelaku bisnisnya di Indonesia sangat sedikit. Tenaga kerja melimpah, pasar produk turunannya sangat luas dan bahan bakunya banyak sekali.

Indeks kompleksitas ekonomi peringkat 87 dan indeks inovasi global peringkat 57, sedunia. Pertanda minim industrinya dan suka ekspor bahan mentah.

Contoh konkretnya ;

1). Dedak Bekatul.

Biasa jadi pakan ternak atau diekspor begitu saja. Padahal bisa diambil minyak bekatul harga terendah Rp 70.000/liter dan snack sehat. Banyak dipasarkan online. Nilainya 5 – 6 kali lipatnya.

2). Kelapa Tua.

Biasa diafkir karena kecil tapi tua. Padahal ini bahan baku murah jadi VCO harga mininal Rp 70.000/liter. Sisanya jadi karbon aktif, pakan ternak dan lainnya. Nilainya belasan kali lipat.

3). Daun Jeruk Purut.

Bagi masyarakat luas hanya sebatas jadi bumbu dapur. Padahal jika disuling kaya kadar Citronelall dan Geraniol. Zat pengusir nyamuk atau serangga. Organik. Harganya jutaan/liternya.

4). Daun Salam.

Pasarnya meroket, harga Rp 25.000/kg. Selain bumbu. Juga bahan baku industri farmasi, kandungan Tanin (anti inflamasi) dan Alkalod (menstabilkan gula darah dan tekanan darah).

5). Minyak Inti Kernel Sawit.

Biasa disebut PKO (Palm Kernel Oil). Bahan baku multi industri. Misal kapsul lunak, salep, sabun, lotion, pelembab karena mengandung asam laurat baik untuk kulit. Nilai tambah bisa 10 kali lipat. Di Indonesia 5,6 juta ton/tahun.

6). Minyak Mentah Sawit.

Biasa disebut CPO (Crude Palm Oil). Bahan baku utama jadi minyak goreng, bahan bakar nabati (Biodiesel). Harga CPO Rp 12 juta/ton diurai jadi Rp 30 juta/ton. Padahal di Indonesia ada 52 juta ton/tahun.

7). Pasir Silika.

Deposit di Indonesia ada miliaran ton. Di kebun saya saja, ratusan hektar kedalaman 31 meter, kadar silika 99,54% hasil Uji Tim Ahli dari ITB. Dibor 32 lokasi sekitar 5 tahun silam.

Harga di lahan maksimal Rp 100.000/ton. Harga kaca lembaran Rp 7 juta/ton, konduktor Rp 30 juta/ton. Harga jadi surya panel lebih dahsyat lagi. Selama ini penikmatnya RRC, Korea Selatan dan negara maju lainnya.

Ilmu hikmahnya. Sungguh kita patut bersyukur hidup di Indonesia yang kaya raya alamnya. Tinggal mengubah mindset dan eksekusi main di hilirisasi. Agar menyerap pengangguran besar – besaran dari pada jadi TKI membangun negara orang lain.

Kata kunci, harus membangun persatuan dan kesatuan bangsa. Tidak mempertontonkan suka demo anarkis lalu para pengusaha yang punya banyak tim ahli inovator sekaligus jadi investor. Tidak alergi investasi.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *