Sat. Sep 14th, 2024

Wayan Supadno

Kawula muda, jika anda mau jadi pelaku agribisnis yang paling cepat melejit sukses bermanfaat nyata bagi orang banyak. Sekaligus cipta lapangan kerja, nilai tambah laba dan manfaat sangat besar. Paling ideal jadi Industriawan agro hilir inovatif.

Beberapa kisah nyata di bawah ini bisa jadi pemantik ” mulai bisnis “, bahwa sesungguhnya betapa sangat banyak bahan baku yang ada di Indonesia. Selama ini hanya dijual (ekspor) mentah jadi bahan baku industri hilir inovatif di negara lain. Mereka dapat nilai tambah banyak sekali.

1). Di kampung kelahiran saya di Banyuwangi selatan, seorang sahabat sudah bertahun – tahun kerjanya mengumpulkan daun mahoni milik PT Perhutani. Lalu dikirim ke eksportir. Untuk diekspor ke negara lain. Seolah tiada ingin tahu mau dibuat apa di Jepang sana.

2). Di Banyuwangi, seorang sahabat sudah bertahun – tahun turun temurun ekspor serbuk sabut kelapa (cocopeat) ke RRC. Jika dikumpulkan jutaan ton kali. Oleh RRC dijadikan pembalut wanita dan sejenisnya. Karena karakternya mampu menyimpan air 6 kali lipatnya.

3). Seorang Pejabat Duta Besar di Eropa telpon saya minta dibantu mencarikan daun salam mau disedot untuk industri farmasi. Begitu juga ada pohon salam di belakang rumah saya di Cibubur, di luar pagar. Sejak lama rutin dipanen oleh seseorang. Dikering layu lalu dikirim.

4). Bungkil sawit, potensinya rendemem 3% dari TBS 265 juta ton/tahun. Setara 8 juta ton/tahun. Selama ini juga hanya diekspor bahan mentah. Jadi bahan baku pabrik pakan di Australia, Selandia Baru dan lainnya. Setelah jadi susu bubuk dan sapi, kita impor lagi.

5). Di Kepulauan Riau, Jambi, Kalbar, Sulawesi Utara dan lainnya. Miliaran butir kelapa kita ekspor ke negara lain hingga negara tersebut punya pabrik kelapa nol limbah, jumlahnya ribuan. Pabriknya menjamur dan padat karya. Lalu diekspor setelah jadi produk turunannya.

6). Indonesia negara kepulauan, pantainya terpanjang di dunia. Pasti banyak ikan laut yang tidak laku di pasar karena kecil dan banyak duri. Jika dijadikan tepung ikan kadar proteinnya bisa 60%. Harga Rp 20.000 an/kg. Bahan baku pakan ikan budi daya, potensi pasar global besar sekali.

Tentu selain 6 komoditas di atas. Masih sangat banyak komoditas lain yang berlimpah ada di sekitar kita. Pekerjaan tersebut di atas, sesungguhnya hanya mendongkrak pendapatan per kapita dan daya beli masyarakat di luar negeri.

Sehingga mereka mudah meniadakan pengangguran dan kemiskinan. Karena industri mereka di luar negeri tersebut butuh tenaga kerja jumlah besar. Bahkan tenaga kerjanya dari Indonesia juga (TKI). Begitulah pengakuan banyak tetangga saya yang kerja di luar negeri.

Ini semua terjadi karena masyarakat kita hampir 100% takut mulai bisnis. Tapi hampir 100% ingin jadi pebisnis inovatif di ruas hilir. Anak muda tiap kali saya tanya 100% ingin cipta lapangan kerja, ingin jadi lokomotif perekonomian bangsa dan pencetak pajak maupun devisa.

Solusinya. Kita semua tanpa kecuali harus mau membangun mental bernyali kepada kawula muda agar berani mengawali jadi industriawan agro hilir inovatif. Saatnya peran keluarga, sekolah, kampus dan pemerintah wajib merubah paradigma selama ini. Agar tiada pengangguran.

Konkretnya, kenapa Singapura, Taiwan, Korea Selatan, AS, Malaysia dan lainnya. Mereka impor tenaga kerja dari Indonesia. Itu semua hanyalah implikasi karena banyaknya pebisnisnya hingga di atas 4,78% dari total penduduknya. Kita hanya 3,47% saja, wajar kurang pencipta lapangan kerja.

Implikasinya, pendapatan per kapita kita jauh di bawah negara – negara yang saya sebutkan di atas. Misal Singapura 19 kali lipat Indonesia dan Malaysia 3 kali lipat Indonesia. Konsekuensi logis lainnya, serapan hasil penelitian kita oleh pebisnis sangat minim. Numpuk di lemari. Lalu impor pebisnis investor (PMA).

Tulisan ini, untuk para kawula muda pemilik masa depan Indonesia yang teramat kita cintai. Ada perubahan hari esok, tergantung keputusan sikap kita hari ini. Paling cepat berubah jika dengan kekuatan cinta. The power of love.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *