Tue. Aug 20th, 2024

Pangan, sebelum diurai dengan jelas. Butuh klarifikasi terlebih dulu. Sehingga satu persepsi dengan data valid, kesimpulan masalah tegak, pola resep mengatasinya tepat terukur dan prognosanya jelas. Dengan begitu tahu benang merah dan alternatif – alternatif solusinya.

  1. Swasembada pangan berarti 90% tercukupi oleh produksi dalam negeri dan Indonesia termasuk swasembada pangan, khususnya beras. Hingga dapat penghargaan dari IRRI Lembaga Riset Padi Dunia terpusat di Filipina dan FAO, 2 tahun silam. Diterima oleh Presiden Jokowi.
  2. Ketahanan pangan berarti memenuhi 5 pilar yaitu ketersediaan, keterjangkauan, stabilitas harga, kemanfaatan dan aksesibilitasnya mudah didapat. Ketahanan pangan Indonesia peringkat ke 69 di Dunia dan ke 60 di Asia Pasifik, The Global Food Security Index 2022.

Inflasi Indonesia harapan Presiden Jokowi 2,5% dan saat ini masih di atas 3%. Salah satu sebab utamanya harga beras naik tajam. Tertinggi. Saat ini harga di petani di atas Rp 7.000/kg GKP. Wajar jika harga beras Rp 15.000/kg di pasar beras. Ini sangat mahal dan membebani masyarakat.

Agar turun harga beras hingga impor 2 juta ton 2023. Saat ini sedang di perjalanan 400.000 ton. Hingga intervensi pasar dengan cara berbagi 10 kg/KK ke 21 juta penduduk yang dapat manfaat, 210.000 ton/bulan, selama 3 bulan ke depan. Agar segera normal, inflasi terkendali.

Pertanyaan sederhana, kenapa harga beras Rp 15.000/kg sangat membebani masyarakat. Karena UMR tertinggi Rp 5,1 jutaan/bulan di Jakarta dan UMR terendah Rp 1,9 juta/bulan di Banjarnegara Jawa Tengah. Jika 1 KK yang bekerja 1 orang anggotanya 4 orang, harus bisa untuk hidup sehat.

Produksi beras 2022 sebanyak 31,54 juta ton, tahun 2022 (BPS). Jumlah penduduk 273,8 juta jiwa (BPS). Masih impor 2 juta ton. Berarti indeks asupan beras 33,54 juta ton : 273,8 juta ton = 122 kg beras/kapita. Berarti kebutuhan 4 orang/KK x 122 kg/KK = 488 kg/KK/tahun atau 40 kg/KK/bulan.

Apakah cukup gaji UMR Rp 1,9 juta/bulan untuk beli beras Rp 15.000/kg sebanyak 40 kg/KK selama sebulan untuk 4 jiwa ? Pasti tidak cukup. Jadi rentan miskin. Beras 40 kg x Rp 15.000/kg = Rp 600.000/KK/bulan. Belum kebutuhan mutlak lainnya, yang bersifat primer. Imbasnya kualitas hidupnya rendah.

Harga beras saat ini sangat mahal, karena pasokannya terlalu sedikit dibandingkan permintaannya (Hukum Pasar). Padahal beras bukan sekedar soal pangan saja. Melainkan soal politik, tahta dan kewibawaan pemerintah. Gagal mengelola beras, semua prestasi emas terhapus seketika.

Alternatif solusinya ;

  1. Validkan data neraca beras pada kesempatan pertama. Karena Rektor IPB Prof Arif Satria saat sambutan Penganugerahan dari IRRI mengatakan indeks asupan beras 96 kg/kapita, setara butuhnya hanya 26 juta ton/tahun. Tapi saat ini diklaim 31 juta ton, masih langka dan mahal lalu impor. Keduanya beda jauh.
  2. Memastikan renstra produksi ke depan lebih konkret terukur. Masih sangat banyak lahan yang cocok agroklimatnya jadi sasaran cetak sawah. Jangan sampai untuk sawah tidak bisa, tapi justru bisa puluhan juta hektar untuk HTI (Hutan Tanaman Industri) dan Sawit sesungguhnya cocok untuk sawah.
  3. Pangan bukan hanya beras saja. Lainnya juga butuh politik anggaran berpihak. Misal impor gula 5,2 juta ton/tahun, setara butuh lahan menanam 800.000 ha. Sapi butuh indukan impor 7 juta ekor untuk breeding, agar anaknya 3 juta ekor/tahun yang jantan siap potong. Setara tidak impor daging dan sapi setara 2,1 juta/tahun selama ini.
  4. Masih banyak lagi impor pangan lainnya makin membesar saja. Jika impor terlambat datang, bisa jadi ancaman serius. Butuh intensifikasi peran BUMN dan Lembaga Negara terkait pangan. Terpenting butuh alokasi atensi khusus kepada kawula muda, yang mau jadi praktisi agro inovatif pangan, inilah letaknya masa depan Indonesia.

Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *