Sat. Sep 14th, 2024

Dengan rendah hati, kami sebagai Anak Bangsa Indonesia sekaligus peternak rakyat sangat prihatin, merasa berdosa, merasa bersalah dan ikut bertanggung jawab dengan kondisi di negeri kita saat ini, perihal ;

  1. Jumlah stunting malnutrisi kerdil retardasi mental pada balita masih sangat tinggi yaitu 21,6%, sebab utamanya karena kekurangan protein hewani sebanyak 34% tahun 2022 (Presiden Jokowi). Ini terbanyak ke 2 di Asean setelah Timor Leste. Idealnya maksimal 5%.
  2. Menurut World Population Review, skor IQ (Intelligence Quotient) masyarakat Indonesia masih tergolong rendah yaitu 78,49 tahun 2022. Urutan 130 di Dunia dan peringkat ke 2 terendah di Asean.
  3. Harga daging sapi sumber protein hewani Rp 150.000/kg karena harga sapi hidup Rp 56.000/kg. Termahal di Asean. Akibat populasi sapi sedikit. Pertumbuhan permintaan 6,4%, pertumbuhan produksi hanya 1,3%.
  4. Selama ini pembiakan sapi kurang bermakna, dana APBN dari pajak rakyat jumlah triliunan untuk program berbagi sapi ke masyarakat tiada menuai hasil. Bahkan DPR RI ikut berbagi bansos sapi dana APBN, juga tidak menambah populasi sapi.

Sehubungan kondisi di atas, penting melakukan kaji ulang. Perubahan program fundamental. APBN dan Non APBN, karena menyangkut mutu daya saing anak cucu kita kelak. Kami peternak rakyat butuh legacy atau warisan. Sapi betina bunting 7 juta ekor. Pabriknya pedet anak sapi jangka panjang.

Harga sapi betina bunting jenis brahman dan limosin di Indonesia saat ini Rp 18 juta s/d Rp 25 juta/ekor. Tapi harga sapi bunting dari Australia dan Brasil sampai pelabuhan di Indonesia hanya Rp 10 juta s/d Rp 12 juta/ekor. Hanya 50% dari sapi di Indonesia.

Sudah terlalu banyak peternak rakyat jadi pengangguran, alih profesi dan TKI pekerja peternakan di negara lain. Karena kalah bersaing dengan daging kerbau India yang teramat murah, lalu sapi betinanya jadi korban massal pemotongan jutaan ekor selama ini. Makin suram.

Indonesia pemilik sawit terluas di dunia 16,8 juta hektar. Bisa jadi lokasi ideal breeding pembiakan. Selama ini menghasilkan limbah bungkil sawit rendemen 3% dari TBS 260 juta ton/tahun, setara 7,8 juta ton/tahun. Dominan diekspor jadi pakan sapi di Selandia Baru, Australia, Malaysia dan Vietnam.

Saran saya ke Pemerintah ;

  1. Untuk membeli sapi bunting, harga saat ini murah di Brasil dan Australia, sebanyak 7 juta ekor. Mereka Australia dan Brasil mau. Maka tahun depan anaknya yang jantan saja 3,5 juta ekor. Maka 3 tahun lagi nol impor daging dan sapi, selama ini impor 2,1 juta ekor/tahun, indeks 350 kg/ekor. Prediksi 3 juta ekor 3 tahun lagi.
  2. Sapi bunting tersebut dijual kembali ke masyarakat Rp 10 juta ekor di pelabuhan Kalimantan. Pemerintah tanpa mengambil laba tapi dapat manfaat luar biasa banyaknya terhadap masa depan bangsa Indonesia. Akan mengurangi pengangguran minimal 1,2 juta KK, kemiskinan, dan stunting pada balita kita.
  3. Sumber dana bisa APBN, BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) ada ratusan triliun karena dapat Rp 72 triliun/tahun, dana CSR Perusahaan dan banyak lagi kalau hanya untuk beli sapi yang lagi diobral di Australia dan Brasil. Butuhnya hanya 7 juta ekor x Rp 10 juta/ekor = Rp 70 triliun saja.

Harga sapi di Brasil murah karena populasinya 240 juta ekor, dengan jumlah penduduk 215 juta jiwa. Harga sapi di Australia murah, karena populasi sapi 38 juta ekor, dengan penduduk hanya 25,5 juta jiwa. Harga sapi di Indonesia mahal, karena populasi sapi hanya 18 juta ekor, jumlah penduduk 273,8 juta jiwa.

Pesan amanah syair Lagu Indonesia Raya, ” Bangunlah Jiwanya. Bangunlah Badannya. Untuk Indonesia Raya “.

Dirgahayu ke – 78 Republik Indonesia.
Merdeka !

Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *