Sat. Sep 14th, 2024

Indonesia Emas, Indonesia HUT ke 100 tahun, Ulang Tahun Emas Kemerdekaan Republik Indonesia, tahun 2045. Banyak yang pesimis, tapi banyak pula yang optimis. Semua punya alasan argumentasi masing – masing.

Banyak pakar ekonomi kelas dunia, Indonesia sangat bisa jadi negara maju tahun 2045. Dengan kriteria pendapatan per kapita USD 12.000 atau Rp 16 juta/kapita/bulan. Kemiskinan 2%, stunting maksimal 5% dan lainnya.

Akan terwujud jika konsisten pertumbuhan ekonomi nasional minimal 9%/tahun. Saat ini saja Indonesia kawasan timur banyak yang ekonominya tumbuh 12%. Utamanya di sentra tambang yang dihilirisasikan di dalam negeri.

Contoh di Maluku perekonomian tumbuh 20,5% tahun 2023 tertinggi di dunia. Sulawesi Tengah juga tinggi 11,9%. Kontributor terbesar dari tambang nikel dan manufaktur. Akan disusul wilayah lain yang ada smelternya. Tinggal mengelola pemerataannya.

Potensi terbesar pada pengangguran terbuka 7,2 juta orang dan Gen Z sekitar 10 juta orang. Tiap tahun akan tambah Gen Z, sekitar 4 juta hingga 5 juta orang. Semua usia produktif. Sebagian orang lupa di balik ancaman pengangguran, ada peluang emasnya.

Kalkulasi logis rasionya Rp 100 juta/kapita pengangguran/tahun. Jika ada 7,2 juta setara Rp 700 triliun/tahun yang mestinya jadi dana masuk ke mereka lalu beredar di masyarakat tumbuh dinamis tiada henti. Belum lagi Gen Z, juga punya potensi sangat besar.

Solusi jalan pintasnya ?

Tiru cara negara lain. Misal Singapura, Korsel, RRC dan lainnya. Mereka melakukan transformasi pemuda agar jadi praktisi bisnis inovatif. Agar pebisnisnya di atas 8%. Kita hanya 3,47% jumlah pebisnisnya. Masih kurang 5% lagi, 14 juta pebisnis baru.

Jika pebisnis kita 8% pasti tiada pengangguran, maka yang 7,2 juta pengangguran akan dapat pendapatan minimal Rp 700 triliun/tahun. Lalu oleh mereka dibelanjakan pangan, papan, sandang dan lainnya. Beredar di masyarakat.

Sisi lain lagi, penerimaan pajak dan devisa pasti akan banyak dari itu. Minimal juga akan Rp 1.400 triliun/tahun memperkuat APBN bekal membangun bangsa. Impor akan terminimalkan. Dapat nilai tambah. Lalu ekonomi tumbuh tinggi. Ini idealnya.

Jalan pintasnya, menghilirisasikan komoditas yang selama ini hanya diekspor bahan mentah saja. Jadi supplier vendor industri di luar negeri saja. Ibaratnya hanya jual singkong, pulangnya bawa getuk yang diolah negara lain. Negara lain penikmat laba besar.

Pebisnis baru harus main di manufaktur agar menyerap hasil penelitian dan hasil petani jadi bahan bakunya. Sekaligus menyerap pengangguran. Sehingga barang murah karena berlimpah, jadi mahal karena langka. Kompleksitas ekonomi.

Misal, selama ini minimal 12 miliar butir kelapa/tahun kita ekspor glondongan dari total produksi 15 miliar butir/tahun. Hingga negara lain punya pabrik kelapa ribuan. Tapi kita punya beberapa saja pabrik kelapa. Kelapa murah diubah jadi VCO, nata de coco, pakan ternak, karbon aktif dan lainnya. Laba pasti sangat besar.

Pertanyaan kritisnya, bagaimana agar terlahir 14 juta lagi pebisnis inovatif ?

Tentu berawal dari motivasi diri sendiri, keluarga, sekolah, kampus dan pemerintah. Semua tamu anak muda ke rumah saya, ingin jadi pebisnis inovatif. Sama yang di kampus – kampus saat saya mengajar entrepreneurship. Semua minat. Tinggal didorong agar memulai bisnis.

Tanggal 17 Agustus 2024 lalu, saya memberi pembekalan mahasiswa bidik misi dapat beasiswa di Unair Surabaya, alma mater saya, ternyata 100% ingin jadi pebisnis. Agar bisa jadi dermawan, bayar pajak besar, menggaji karyawan jumlah banyak, bendung impor, cetak devisa dan lainnya.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *