Fri. Feb 7th, 2025

ONGKOS KESALAHAN

ByWayan Supadno

Oct 9, 2023

Sering kita dengar keluhan orang tidak mengawali usaha, atau belum jadi wirausahawan karena belum punya modal banyak. Kadang, ada pula yang komentar iyalah dia enak usaha apa saja bisa karena sudah punya modal banyak, beda dengan kita tidak punya modal.

Seolah orang lain memulai usaha langsung dengan modal banyak. Atau bahkan tinggal menjalankan ” usaha warisan ” yang sudah running well. Padahal dominan wirausahawan berawal dari modal kecil bahkan nol. Meyakinkan pemilik barang dagangan dijualkan atau modal orang lain diproduktifkan.

Praktik menjualkan dagangan pihak lain wujud produk pabrik misalnya, diucapkan mudah tapi teramat sulit dipraktikkan. Karena begitu sulitmya agar dipercaya, begitu sulitnya agar cepat laku terjual dan begitu sulitnya mengembangkan pasar agar omzet tambah lalu dapat laba jadi modal usaha pribadinya.

Itulah salah satu contoh konkret mengawali usaha dari nol. Kadang masih butuh ” ongkos kesalahan ” saat sudah punya modal sendiri yang belum seberapa. Kesalahan pernah merugi, tertipu dan gagal lainnya. Harus dijalani dengan modal, jika mau dapat ilmu hikmahnya. Jadi bekal praktik lagi. Itulah uang SPP kuliah nyata usaha.

Ongkos kesalahan yang harus dibayar. Itu yang dianggap menakutkan para calon pelaku usaha. Takut rugi, takut tertipu dan takut yang lain lagi. Begitu juga saat mengembangkan usaha, jika mau cepat besar usahanya harus mau bersinergi bagi tugas dan bagi rejeki ke pihak lain.

Konkretnya jika mau punya laba makin besar maka transaksi dan omzetnya harus makin membesar pula. Jika dana pribadi kurang banyak, maka libatkan dana pihak lain lagi. Itulah kadang sampai pinjam bank atau bahkan Tbk (Go public) agar tanpa batas jumlahnya dana terhimpun dari masyarakat, dengan tanpa jaminan (kolateral) seperti utang di bank.

Apa yang harus diperhatikan agar proses di atas terwujud ?

  1. Karakter.

Karakter hal penting yang mutlak harus dimiliki oleh kawula muda yang mau jadi pengusaha. Karakter terkolektif jadi ” Merek Perorangan “. Jika sekali saja menipu, sama artinya merusak merek perorangan atau nama baiknya. Artinya membunuh masa depan. Hilang kepercayaan kepadanya.

Konkretnya, sering kali kita melihat banyak kisah pengusaha. Hanya modal coretan di atas secarik kertas kecil bisa pesan barang nilai besar sekalipun tanpa jaminan. Bisa berjalan belasan tahun dengan transaksi miliaran. Sebaliknya ada banyak kasus transaksi sudah di hadapan Notaris, tanda tangan berulang kalipun, tetap diingkari. Hingga jadi kasus hukum.

Pendek kata, nilai seseorang ada pada ucapannya atau pada air liur mulutnya. Jika sapi yang dipegang talinya, tapi kalau manusia agar berarti yang harus dipegang ucapannya. Itulah petuah orang Jawa di kampung – kampung. Artinya hingga difalsafahkan karena sangat pentingnya sebuah kepercayaan, jika tidak bisa dipegang mulutnya berarti sapi.

  1. Kapasitas.

Kapasitas/kemampuan dalam hal ini jamak dan luas sekali. Kita belajar dan belajar terus tiada henti baik formal maupun non formal sesungguhnya guna meningkatkan kapasitas agar mumpuni. Agar ” Merek Perorangan ” juga terbangun makin baik. Ini hal sangat penting, proses terus meng up grade diri.

Konkretnya, betapa sangat melelahkan jika baru punya modal sedikit mengawali usaha tapi ongkos kesalahannya besar sekali. Tiada sempat terkumpul jadi banyak, ludes lagi karena merugi dan gagal. Dampak dari tidak punya kapasitas. Karena tidak mau membekali diri terus menerus.

Pendek kata, seseorang dapat warisan usaha produktif. Setelah dipegangnya usaha tersebut bukan makin tumbuh berkembang bermanfaat bagi masyarakatnya. Justru makin bangkrut. Karena tiada punya kapasitas mengelola, diajak diskusi oleh stafnya justru tidak nyambung. Akhirnya ” ongkos kesalahan ” nya terlalu besar dan beresiko tinggi.

Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *