Ekonomi hijau, ekonomi ramah lingkungan dan ekonomi berkelanjutan. Itulah tuntutan ekonomi di masa depan demi perbaikan iklim dunia yang makin tidak terkendali akibat ulah manusia di atas bumi ini. Tanpa ada niat baik dan kesungguhan pasti akan jadi bumerang, manusia itu sendiri yang akan merana kesusahan dalam kehidupannya.
Lebih menarik lagi jika tiada limbah, limbahnya diubah jadi komoditas bernilai dengan rekayasa pola pikir kreatif inovatif, hingga limbahnya nol. Begitu juga agar makin kompetitif dan laba sangat besar, maka harga pokok produksi (HPP), biaya dibagi hasil, juga harus ditiadakan, dinolkan. Jika bisa goal limbah nol, HPP juga nol, maka ideal bisnis tersebut.
Contoh ;
Empiris Pribadi, Integrasi Sapi Sawit.
Sistem bisnis agro ini sudah lama ada di literatur akademisi, tapi masih sangat sedikit yang mempraktikkannya. Padahal pola ini sangat menguntungkan bagi dunia usaha dan sangat bermanfaat bagi perbaikan perubahan iklim. Karena usaha di kantong kanan limbahnya dijual ke kantong kiri, begitu juga sebaliknya.
Ternak sapi pembibitan/pembiakan (breeding) biaya produksi tidak lebih dari Rp 5.000/ekor/hari, untuk pakan, tenaga kerja dan lainnya. Karena pakannya limbah pabrik kelapa sawit bungkil maupun solid dan rumput hijauan inovasi dari UGM bernama Gama Umami ditanam secara intensif dengan 100% organik limbahnya sapi feses dan urine. Rendah HPP.
Lalu HPP dinolkan, ditiadakan. Dengan cara menghargai feses urine jadi komoditas bernilai ekonomi tinggi, dengan cara hilirisasi inovasi pembiakan biang mikroba Bio Extrim dan Hormax. Karena feses dan urine setelah diperkaya mikroba fungsional pertanian bisa minimal Rp 1.000/kg feses kering angin. Bahkan sapi indukan 400 kg bisa beromzet Rp 16.000/ekor/hari.
Kalkulasi logisnya, budi daya Gama Umami inovasi UGM Yogyakarta. Biaya Rp 35 juta/ha/tahun. Biomassa 700 ton/ha/tahun. HPP Rp 35 juta : 700 ton = Rp 50/kg Gama Umami. Kadar protein kasar (PK) 16%, padahal syarat SNI hanya minimal 12% untuk breeding/pembibitan dan 14% untuk fattening/penggemukan. Serat kasar (SK) minimal 21%.
Kebutuhan pakan sapi tiap hari, ideal literasi dan nyata di lapangan maksimal 10% dari bobot hidup. Misal sapi indukan 400 kg maka butuh pakan maksimal 40 kg/ekor/hari. Biaya pakan Rp 50/kg x 40 kg = Rp 2.000/ekor/hari. Biaya tenaga kerja, listrik dan lainnya maksimal Rp 3.000/ekor/hari. Total Rp 5.000/ekor/hari. Atau setara maksimal Rp 1,9 juta/ekor/tahun.
Pendapatan dari feses dan urine sapi. Bagi saya berkah. Hasil riset saya 70 ekor sapi indukan selama 6 bulan. Bahwa sapi indukan 400 kg menghasilkan 4% dari bobotnya wujud feses kering angin yaitu 16 kg/ekor/hari. Urine dapat 3% bobot hidupnya setara 12 liter/ekor/hari. Jika harga Rp 1.000/kg. Feses dapat Rp 16.000/ekor/hari. Setara Rp 5,8 juta/ekor/tahun.
Neraca keuangan pada usaha ternak sapi breeding saya dalam perhitungan HPP-nya. Pengeluaran Rp 1,9 juta/ekor, pendapatan Rp 5,8 juta/ekor/tahun. Artinya minus HPP-nya. Belum lagi dapat bonus pedet anak sapi yang secara umum 70% dari indukan produktif, menghasilkan pedet per tahunnya. Sehingga manajemen pengelola usaha divisi ternak sapi, yang setia loyal tanpa cela selama 5 tahun dapat bonus nilai besar, kebun misalnya.
Divisi perkebunan, secara umum biaya penyerta produksi kebun sekitar 45% dari total biaya pupuk dan herbisida, jika memakai 100% pupuk kimia anorganik NPK pabrikan. Artinya jika biaya pupuk NPK dan herbisida kimia bisa ditekan. Pupuk NPK saya hanya 25% dari lazimnya, harga Rp 8.000/kg. Akan sangat murah HPP-nya. Karena diganti dengan feses 15 ton/ha/tahun dari hasil 4 ekor Sapi Brahman indukan.
Kesimpulannya, akan dapat nilai tambah laba sangat besar karena HPP Nol, justru saat banyak orang mengatakan bahwa breeding sapi tidak menguntungkan. Begitu juga sangat menambah manfaat alam lestari, konsumen dapat asupan sehat karena alami dan pelaku lapangan menyenangkan. Justru saat banyak orang mengatakan ekonomi hijau sulit dijalankan.
PT. BJA/BJA Farm di Pangkalan Bun Kalteng. Sebagai Pusat Hilirisasi Inovasi, Ekonomi Sirkular, Nol Limbah. Telah menjalankan bukan skala demplot atau laboratorium tapi sudah skala bisnis. Sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME, juga jadi Balai Diklat Pembentukan Pengusaha Muda Agro Inovatif Berjiwa Merah Putih. Cinta Indonesia dengan pekat.
Selain itu satu kawasan ratusan hektar tersebut, ada juga Ikan Patin, Jeruk Madu, Alpukat dan Durian Musang King, agrowisata dan agrobisnis edukatif. Integrasi total, menatap masa depan dengan mengutamakan ilmu pengetahuan teknologi inovasi ramah lingkungan. Hanya 10 menit dari Bandara Iskandar Pangkalan Bun Kalteng. Harapannya, agar jadi legacy bermanfaat buat masyarakat luas di masa mendatang.
Salam Bangkit 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630