Fri. Jan 10th, 2025

Presiden Prabowo bertekad untuk swasembada pangan dan energi. Ini sangat penting sebagai pondasi kedaulatan bangsa. Apalagi situasi tidak menentu pada geopolitik sekarang dan mendatang. Karena dari hari ke hari, pangan dan energi makin jadi rebutan semua bangsa di atas bumi ini. Bahkan sudah banyak negara gagal karena pangan dan energi.

Ilustrasinya, jika terjadi Perang Dunia ke III, jika masih banyak impor pangan dan energi. Cukup dihadang pangan dan energi yang dari impor, kita sudah ribut. Ujungnya kita bisa kalah perang bukan karena lawan, tapi karena perang saudara ” saling menyalahkan ” dampak dari pangan dan energi banyak impor. Tapi yang mau diimpor disumbat/dihadang di tengah laut. Ini harus diantisipasi.

Sehingga masyarakat perlu paham tentang rencana strategis nasional hal kedaulatan energi yang berbasis sawit. Terbarukan karena berasal dari tanaman yang bisa diremajakan. Sehingga harus paham neraca CPO (minyak mentah sawit) agar tidak jadi bagian dari ” kaum toxic ” karena belum tahu ilmu dan data faktanya. Juga belum punya pengalaman di bidang sawit. Sukanya cuma jadi agen asing, kampanye hitam sawit.

Neraca CPO Indonesia adalah perhitungan atau laporan yang menunjukkan keseimbangan antara produksi, konsumsi, ekspor, dan sisa stok minyak kelapa sawit mentah (CPO) di Indonesia dalam periode tertentu. Neraca ini digunakan untuk memantau ketersediaan dan distribusi CPO, serta mengelola kebijakan terkait industri sawit, seperti ekspor, subsidi, atau kebutuhan domestik untuk biodiesel.

Komponen dalam Neraca CPO:

1). Produksi: Total minyak sawit yang dihasilkan di dalam negeri.

2). Konsumsi Domestik: Penggunaan CPO untuk industri pangan, oleokimia, dan biodiesel.

3). Ekspor: Volume CPO yang dijual ke pasar internasional.

4). Stok Akhir: Cadangan CPO yang tersedia setelah dikurangi konsumsi dan ekspor.

Fakta Data Neraca CPO Indonesia:

1). Produksi: Pada tahun 2023, produksi CPO Indonesia mencapai 54,84 juta ton.

2). Konsumsi Domestik: Sekitar 23,7 juta ton digunakan untuk konsumsi dalam negeri, termasuk program biodiesel (B35/B40) yang menyerap sebagian besar CPO.

3). Ekspor: Ekspor CPO mencapai 28 juta ton pada tahun 2023, dengan pasar utama seperti China, India, dan Uni Eropa.

4). Stok Akhir: Stok akhir CPO pada akhir 2023 tercatat sekitar 4 juta ton.

Signifikansi Neraca CPO:

Kebijakan Ekspor: Pemerintah menggunakan neraca untuk menentukan kebijakan ekspor, seperti larangan ekspor sementara untuk menjaga ketersediaan domestik.

Program Biodiesel: Data ini penting untuk memastikan kebutuhan CPO domestik terpenuhi sebelum meningkatkan campuran biodiesel (B35/B40).

Pengelolaan Stok: Stok akhir yang tinggi dapat memengaruhi harga CPO global karena Indonesia adalah produsen utama dunia.

Ilmu hikmahnya, bahwa dari data di atas menggambarkan sebuah keadaan jika mau berdaulat energi B50, butuh 17,5 juta CPO/tahun. Padahal selama ini belum ada atau kalaupun ada parsial diekspor jadi devisa 34 juta ton/tahun. Sehingga berkesimpulan CPO kita kurang banyak jika harus devisa utuh dan energi BBN berdaulat. Sangat wajar jika kita mau goal, harus memperluas sawit pada kawasan yang selama ini gundul terlantar puluhan tahun ada jutaan hektar.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Praktisi Sawit
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *