Mon. Jun 23rd, 2025

Berikut ini saya buatkan uraian kisah nyata di Indonesia kaya ilmu hikmahnya, bisa diambil oleh anak muda sebagai sumber pembelajaran. Sehingga bisa mengantisipasi diri, kemana posisi nanti menempatkan diri.

1). Perikanan di Muncar Banyuwangi.

Dulu saat saya masih kecil, ingat persis ikan lemuru tidak laku karena terlalu banyak produksinya. Dijual sangat murah meriah ditawarkan di desa – desa. Bahkan tak jarang hingga terjadi pembusukan massal skala besar.

Sekarang sebaliknya, ikan yang berlimpah tersebut berapapun jumlahnya, tetap kurang. Harganya tetap jauh lebih mahal dibandingkan dulu. Karena industrialisasi. Dijadikan sarden, tepung, minyak ikan dan lainnya.

Para nelayan ” sebagian ” sudah pada sejahtera, karena jadi supplier bahan baku ikan segar ke 153 pabrik. Puluhan ribu pengangguran jadi produktif karena terserap jadi karyawan. Negara dapat pajak dan devisa besar – besaran.

Siapa yang diuntungkan proporsi terbesar ?

Tentu para pemilik pabrik sebagai investor dan perbankan pemodalnya. Hanya lahan luas sekitar 50 hektar omzetnya triliunan. Selalu kekurangan bahan baku, karena produk jadinya diekspor ke banyak negara, pasar global.

2). Porang di Madiun Jawa Timur.

Dulu, porang hanya sebagian kecil masyarakat yang tahu porang, apalagi kandungan dan manfaatnya yang terbanyak bagi kesehatan manusia tersebut. Sebagian kecil yang tahu detail tentang porang tersebut Mas Paidi.

Sekarang, sebaliknya masyarakat luas banyak yang tahu tentang porang dan bahkan sebagian ada yang jadi korban gelombang opini porang secara berlebihan lalu ” latah ikutan ” menanam porang tanpa kontrol jumlah industrinya.

Terjebak karena tingginya harga pokok produksi (HPP), benihnya teramat mahal. Tidak laku, petani memusnahkan tanamannya. Fase berikutnya saat ini, pabrik kekurangan bahan baku karena besarnya permintaan pasar ekspor.

Siapa yang diuntungkan proporsi terbesarnya ?

Pasti Mas Paidi, sebagai pemilik pabrik/manufaktur inovatifnya. Tidak butuh lahan ribuan hektar. Hanya beberapa hektar untuk pabrik dengan mesin canggih, omzet bisa melebihi ribuan hektar kebun porang. Juga bisa menampung ratusan pekerja.

Jika skalanya dibesarkan kelas negara, maka kejadian di Muncar Banyuwangi dan Madiun Jawa Timur tersebut. Persis apa yang sedang terjadi di RRC selama ini. Ibaratnya kita ” sudah puas ” hanya sebatas jadi nelayan dan petani porang tersebut.

Peran Mas Paidi dan para pengusa industri perikanan, sebagai investor dipaksa cepat makmur sejahtera. Sama persis perannya orang – orang di RRC sana. Kita paksa agar RRC secepat mungkin kaya raya karena kita selalu ekspor besar – besaran bahan baku industrinya.

Ilmu hikmahnya, kita bisa menyadari atau tidak dengan apa yang terjadi selama ini. Kelapa glondongan triliunan butir diekspor puluhan tahun ke RRC. Karet, kopi, kakao, sawit, tambang mineral dan lainnya banyak lagi.

Kesannya kita diuntungkan oleh RRC karena neraca perdagangan kita surplus. Tapi sadarkah kita surplus tersebut sesungguhnya sama artinya kita sedang memaksa RRC agar industrinya ” menimbun bahan baku ” industri inovatifnya yang nol limbah.

Semua jadi produk bermanfaat dan bernilai ekonomi tinggi. Dijual sangat mahal dibandingkan harganya saat impor dari Indonesia. Setelah jadi produk langka harga mahal lalu kita impor lagi dari RRC. Itulah sesungguhnya yang terjadi selama ini. Ini riil kisah ” cerminan ” kita selama ini.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *