Thu. Jun 26th, 2025

Bungkil sawit, bagian produk samping (limbah) dari sisa perah kernel inti sawit. Walaupun demikian memiliki kadar nutrisi masih sangat besar di antaranya protein kasar 18%, lemak kasar 7%, kadar abu mineral dan karbohodirat yang tinggi. Karena itulah saat ini jadi rebutan banyak negara.

Potensinya di Indonesia jutaan ton/tahun. Tepatnya rendemen 3% dari tandan buah segar sawit (TBS), padahal TBS Indonesia 264 juta ton/tahun. Artinya bungkil sawit di Indonesia 264 juta ton x 3% = 7 juta ton/tahun. Dulunya hanya maksimal Rp 500/kg, saat ini minimal Rp 2.000/kg.

Harga bungkil sawit mahal jadi salah satu sumber demotivasi para peternak rakyat. Karena bungkil jadi bahan baku utama sumber protein. Bahkan ada perusahaan raksasa memproduksi pellet pakan sapi, domba dan kambing dijual Rp 3.300/kg. Kapasitas 1,2 juta ton/tahun. Senyum – senyum omzetnya dari pellet pakan ternak dari bungkil 99%, Rp 4 triliunan/tahun.

Indonesia lagi serius membangun SDM nya, butuh dana sangat besar. Misal anggaran untuk makan bergizi gratis, cetak sawah 3 juta hektar dan meneruskan IKN di Kaltim. Itu saja butuh minimal Rp 500 triliun/tahun di luar anggaran biasanya. Artinya butuh dana masuk selain yang rutin selama ini.

Pajak ekspor bungkil sawitlah salah satu solusinya. Jangan hanya diobral murahan ekspor bahan mentah saja. Kalau pajak ekspornya Rp 5.000/kg, jika yang diekspor mininal 5 juta ton/tahun. Maka negara dapat sumber dana baru Rp 25 triliun/tahun. Agar juga putra Indonesia makin kreatif inovatif mengolah bungkil sawit.

Bungkil sawit hanyalah limbah pabrik kelapa sawit (PKS) yang sudah sangat besar labanya dari CPO (minyak sawit mentah) dan PKO (minyak inti sawit). Dari CPO harga pokok produksi (HPP) nya Rp 4.000/kg, dijual Rp 15.600/kg. Laba bersih CPO saja Rp 11.600/kg. Jika 1 juta ton/tahun setara Rp 11,6 triliun/tahun. Belum dari PKO dan cangkang sawitnya.

Sama halnya pajak ekspor CPO minyak mentah sawit ” dihambat ekspornya ” dengan cara hilirisasi inovatif jadi B50, pangan, oleokimia dan lainnya. Praktis dalam setahun 2025 Indonesia akan berkurang ekspor CPO minimal 10 juta ton. Gigit jari para konglomerat yang punya industri hilir inovatif bahan baku CPO Indonesia di luar negeri.

Implikasinya Indonesia jadi produsen Biodiesel terbesar di dunia sekaligus negara eksportir Biodiesel terbanyak tahun 2023 sebanyak 2,7 juta ton. Tentu berefek domino sangat banyak, di antaranya cipta lapangan kerja mengurangi pengangguran, pajak menambah APBN, pendapatan per kapita naik menekan kemiskinan dan lainnya.

Kembali ke bungkil sawit, pengalaman saya selama ini jadi peternak sapi. Skala ratusan ekor butuh 45 ton bungkil sawit/bulannya. Apalagi jika Indonesia mau serius membangun peternakan sapi pedaging dan susu perah. Pasti butuh bungkil sawit jumlah besar – besaran. Daging sapi dan susu Indonesia akan murah kompetitif dibanding impor maka solusinya harus ada bungkil sawit harga wajar.

Percuma kita bisa dapat devisa dari ekspor bungkil sawit harga murahan bahan baku industri pakan sapi di banyak negara lalu sapi hidup dan susunya kita impor lagi. Padahal di balik itu kita menelantarkan rakyat Indonesia karena kekurangan lapangan kerja. Kebijakan ini sama artinya menyengsarakan peternak dalam negeri sekaligus memakmurkan peternak di negara lain.

Salam Inovasi šŸ‡®šŸ‡©
Wayan Supadno
Praktisi Agroinovatif
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *