Mon. Jun 23rd, 2025

” Sawit adalah anugerah Tuhan untuk Indonesia. Sawit adalah kita. Sawit adalah Indonesia. Sawit salah satu tulang punggung ekonomi Indonesia. Sawit adalah masa depan Indonesia. Jika gagal mengelolanya akan bernasib sama seperti tebu, bawang putih, kedelai, tembakau, sapi dan lainnya. Yang jumlah impornya makin besar saja “

Prinsipnya semua warga negara Indonesia punya hak dan kewajiban memikirkan bangsanya, termasuk saya pribadi. Selama ini selain ajak – ajak mandiri ke anak muda dengan contoh nyata di lapangan praktis inovatif. Sehingga terbangun kolektif anak muda mandiri inovatif. Bukan antri menunggu bansos atau subsidi.

Selama 3 bulan ini serius fokus mencari solusi krisis sawit migor. Satu sisi petani sawit mandiri harus makin sejahtera, syukur jika harga TBS bisa seperti Malaysia di atas Rp 5.000/kg nya. Jika punya 2 ha saja, pendapatannya bisa minimal 2 ton/ha/bulan x 2 ha x Rp 5.000/kg = Rp 20 juta/bulan.

Sisi lain lagi bagaimana caranya agar masyarakat kurang mampu bisa dapat harga migor Rp 14.000/liter. Sehingga biaya hidupnya tidak tinggi. Inflasi tidak naik liar lalu angka kemiskinan bertambah lagi. Akibat kenaikan harga pangan dan energi global mendunia. Bahkan banyak negara Eropa sudah krisis inflasi.

Hari ini mulai dibuka kembali ekspor CPO migor oleh pemerintah. Selain menyelamatkan 17 juta KK tenaga kerja di industri sawit dan petaninya. Juga menyelamatkan arus kas negara. Data 2021, devisa Rp 515 triliun, pungutan ekspor BPDPKS Rp 71 triliun, pajak ekspor Kemenkeu Rp 85 triliun, PPN di PKS Rp 146 triliun.

Banyak lagi multiplier effects nya. Misal truk yang terlibat pada sawit setahun TBS 234 juta ton, CPO 52 juta ton, cangkang 6 juta ton, bungkil 3 juta ton, pupuk 12 juta ton. Anggap 300 juta ton/tahun. Jika 1 colt diesel muat 5.000 ton/unit/tahun. Yang terlibat 300 juta ton : 5.000 ton = 60.000 unit. Jika dianggap semua hanya memakai colt diesel.

Presiden Jokowi mengatakan kebutuhan migor curah harga Rp 14.000/liter hanya 194.000 liter/bulan. Berarti setara 2 juta ton CPO/tahun. Setara 3,8% dari CPO kita/tahun 52 juta ton. Lalu, bagaimana cara agar itu berlimpah tapi petaninya dapat harga minimal Rp 5.000/kg TBS seperti di Malaysia dan Thailand , sehingga semua sama dimenangkan ?

1. Harus skala prioritas kebutuhan di dalam negeri didahulukan terpenuhi dulu. Subsidi silang, pungutan dan pajak ekspor harus diminimalkan agar petani bersaing dan sejahtera. Seperti yang di Malaysia, Thailand dan Vietnam sehingga pertanian maju pesat. Jika petani sebagai produsen pangan mandiri berdaulat maka dampaknya kolektif ke bangsanya.

2. PTPN milik BUMN, data Ditjenbun Kementan punya sawit seluas 634.500 ha. Jika normatif 25 ton TBS/ha/tahun, rendemen 23% maka setara dengan 25 ton TBS/ha/tahun x 23% x 634.500 ha = 3,6 juta ton CPO/tahun. Setara 4 miliar liter migor. Sudah berlebih jika dibeli harga normal Rp 20.000/liter kemasan sederhana. Tanpa harus ketakutan kekurangan migor lagi. Cukup dari PTPN saja.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *