Arti gramatikal dari ” moril tempur bisnis ” adalah kekuatan emosional yang datang dari dalam diri sendiri. Manfaatnya sangat besar untuk menjaga agar tetap bisa konsisten dalam upaya mewujudkan komitmen tentang mimpi dirinya jadi pebisnis.
Kawula muda, perlu paham jika seseorang punya moril tempur bisnis yang tinggi maka tiada kenal rasa lelah, selalu ada ide bisnis dan seterusnya. Sebaliknya jika itu tidak dimiliki, apapun dirasakan negatif, sumber demotivasi.
Karena moril tempur bisnis melahirkan antusias. Ibaratnya, dian terus menyala di dalam hati. Tetap berkobar sebelum komitmennya terwujud. Karena ini nuansa kecerdasan emosional bisa berdampak spiritual dan rasional berkelanjutan.
Agar kawula muda mudah memaknai dan menjabarkan. Berikut ini saya urai contoh nyata lapangan yang pernah saya alami sendiri. Sehingga bisa diambil ilmu hikmahnya sebagai bahan pembelajaran kawula muda. Diseleksi untuk diaplikasikan.
Tahun 1987, saya kuliah di Universitas Airlangga Surabaya. Sekalipun Orang Tua keberatan karena faktor ekonomi. Tetap saya jaga komitmen harus bisa kuliah sampai lulus. Mencari kos – kosan gratis dengan kompensasi menjaga kantor.
Tugas tambahan pagi hari nyapu dan ngepel. Bukan jadi beban. Lalu kuliah hingga siang hari. Sorenya mengajar bimbingan belajar anak – anak mau seleksi sipenmaru, masuk perguruan tinggi. Kerja hingga malam hari jam 22.00 baru kelar. Tiada rasa lelah, apalagi mendongkol.
Tahun 1990, wisuda di Universitas Airlangga Surabaya. Langsung kerja, karyawan pemasar perusahaan farmasi, PMA Inggris. Sekalipun tiada pernah diawasi karena ” pemain tunggal ” di Banjarmasin. Pindah ke Makassar dan Palu. Lalu pindah ke Bali.
Bagi saya, non beban. Justru saya tanamkan, ini adalah ” kesempatan emas ” membangun mental perorangan saya pribadi. Demi merek perorangan. Tanpa pengawasan pun, tetap berusaha bisa dipercaya. Karena nyala moril tinggi di hati.
Tahun 1995, pangkat Letda, habis dilantik di Magelang. Jadi guru pelatih militer di Rindam l/BB Pematang Siantar Sumut, yang pasti sangat disiplin dan sibuk karena padat jadwal. Setelah saya dan Istri membuat kaji ulang, kesepakatan bersama harus punya sumber lain asal halal.
Tapi moril tetap saya bangun agar tetap tinggi. Tetap berusaha mewujudkan mimpi, punya sumber ” side passive income “, sekalipun tanpa saya sentuh. Sadar betul belum punya ilmu dan pengalaman bisnis, belum punya modal dan bukan sarjana bisnis.
Tapi misi punya bisnis harus tetap terwujud. Apapun caranya. Walaupun utang Primkopad, walaupun jualan karung bekas, jualan limbah pabrik cangkang sawit, batu kapur pemutih kertas, limbah kayu teh diremajakan dan jualan ikan mas hingga pinang. Tidak malu sama sekali.
Tahun 2000, saya pindah tugas di RS Tentara Pekanbaru Riau. Ditugaskan ikut AMD, ABRI Masuk Desa. Saya perhatikan di Pangkalan Kerinci Riau, kurang jumlah dan butuh klinik apotek. Lalu saya buka usaha klinik apotek dan rumah bersalin. Pasien ramai sekali.
Tahun 2003, saya tingkatkan jadi rumah sakit. Namanya Rumah Sakit Satya Insani. Dengan pelayanan 7 poli dokter spesialis, beberapa klinik dan apotek cabang. Sekalipun saya bukan dokter dan apoteker. Saya tidak malu. Tidak peduli banyak dokter, apoteker dan sarjana lain.
Saya harus upgrade wawasan. Berusaha tahu diri kalau dituakan oleh banyak orang pintar yang mengelola usaha saya. Hal harus disadari tetap mau konsisten terus membekali diri iptek dan wawasan agar semua bisa terkendali. Ini bukan hal mudah, sangat sulit.
Apalagi setelah saya tambah usaha di bidang properti. Makin banyak orang yang terlibat di usaha saya, yang pendidikan formalnya jauh di atas saya. Tapi, sekali lagi itu tidak membuat ” ciut nyali ” berbisnis. Justru saya jadikan sumber pemicu agar bisnis makin tumbuh dinamis.
Tahun 2008, berawal dari nol lagi. Fokus bertani. Pulang dinas militer. Sore hari ke sawah. Saat libur juga ke sawah. Saya jalani dengan senang hati, agar tanpa jadi pemberat beban batin. Tetap saya berusaha pelihara ” moril tempur bisnis ” dalam hati saya. Karena ini sangat penting.
Kesimpulannya. Bahwa membangun ” moril tempur bisnis ” sangat penting karena nuansa kecerdasan emosional yang mengungkit kecerdasan rasional berbasiskan kecerdasan spiritual. Moril tinggi mewujudkan mimpi punya bisnis harus dipelihara tiada henti dengan keikhlasan hati yang menyenangkan.
Ingat kawula muda, ibarat pisau berbahan baku sebaik apapun jika tanpa punya konsistensi menjaga komitmen tetap diasah maka akan tumpul juga. Nilai manfaatnya kurang. Begitu juga kepintaran kita harus dijaga dengan moril tinggi untuk mewujudkan mimpinya. Ini penting sekali.
Salam Mandiri 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630