Kepercayaan modal pertama dan utama bagi pelaku usaha, modal utama pelaku usaha bukan dana/harta/ilmu. Bahkan profesi apapun juga sangat butuh kepercayaan.
Ibaratnya, merusak menodai kepercayaan sama persis meremas selembar kertas, yang dampaknya sangat sulit untuk kembali normal seperti sedia kala. Terjadi traumatik pebisnis.
Agar anak muda mudah dapat ilmu hikmahnya, berikut ini contoh konkretnya ;
Mr X, Supplier.
Biasa jadi supplier bahan baku pabrik, usahanya bisa tumbuh kembang pesatnya. P/O (Purchase Order/Surat Pesanan) dari pabrik kepadanya makin tambah banyak terus volume dan nominalnya.
Ternyata karena dipercaya investor yaitu saudaranya dan bank. Bunga kompensasi bagi hasil maksimal 1,5%/bulan atau 18%/tahun dan bank 12%/tahun. Padahal labanya 5%/bulan atau 60%/tahun. Praktis laba bersih 40% an/tahun.
Dulu karena memakai dana sendiri hanya modal Rp 10 juta, laba bersih Rp 6 juta/tahun. Karena dapat kepercayaan dari pabrik, bank dan saudaranya. Maka bisa transaksi Rp 1 miliar/tahun. Laba bersih bisa Rp 400 juta/tahun.
Bank syariah tersebut membantu komunikasi ke pabrik agar P/O nya dibesarkan lagi. Mr X jadi ” nasabah prioritas bank “, karena ratusan miliar transaksinya. Dapat fasilitas khusus ” asisten pribadi ” karyawan bank tersebut.
Tiap kali transaksi yang melibatkan bank. Tanpa perlu pergi ke bank. Cukup telpon asisten pribadi karyawan bank sekejap akan datang melayani segala macam transaksinya. Tidak sibuk. Bisnis lancar berkembang.
Sebaliknya, pesaingnya Mr X ” bermental nakal ” tidak pegang komitmen. Spesifikasi bahan bakunya pabrik ditukang – tukangi, asal – asalan. Pabrik kecewa. Tidak dapat P/O nya. Berhenti usahanya. Bangkrut.
Pesaingnya Mr X juga. Merasa aset warisan besar. Dipikir mudah dipercaya bank. Ternyata tidak dilayani. Karena rekam jejak di mitra – mitranya, semua kecewa dan tidak merekomendasi. Jaminan besarpun, tidak guna.
Ada lagi, pesaingnya Mr X. Dapat P/O dari pabrik. Jumlah besar. Tapi karena modalnya terbatas. Juga tidak dipercaya oleh para pemilik bahan baku pabrik, karena ” sering menjengkelkan “. Diperlakukan harus kontan bayar duluan. Praktis usahanya lambat maju.
Satu lagi, juga pesaingnya Mr X. Suka mencuri atau timbangannya direkayasa. Lambat laun banyak yang menandai, karena diuji di timbangan lain. Akhirnya tidak dapat pelanggan. Kekurangan bahan dagangan. Gigit jari. Bisnis berhenti.
Karena mentalnya tidak bisa dipercaya. Kepercayaannya dinodai. Masa depannya dihalangi sendiri. Usahanya akhirnya mati sendiri, karena dirinya sendiri yang merusaknya. Bukan orang lain. Bukan karena nasibnya.
Salam Integritas 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630