Sun. Jun 22nd, 2025

Semalam saya mengikuti kegiatan Jambore Petani Milenial sungguh terbangun rasa optimisme yang tinggi. Saat melihat para kawula muda potensial. Terbangun rasa optimisme yang tinggi. Semangat makin membara.

Apalagi oleh Menteri Pertanian Prof Syahrul Yasin Limpo dibawa pada suasana emosional. Seolah antara bapak dan anak. Hingga beliau menangis. Ajakan bertanggung jawab kepada bangsanya. Luar biasa.

Berkisah pernah jadi Kades, Camat, Bupati, Wagub dan Gubernur. Tahu lapangan. Tiada mau menghabiskan dana dan energi, jika kegiatan ini tiada menuai perubahan di seluruh Indonesia oleh anak muda yang hadir 700-an orang.

Punya optimisme tinggi karena 3 tahun terakhir memang tanpa impor beras konsumsi. Hingga dapat penghargaan dari IRRI, lembaga riset internasional bidang padi. Juga melaporkan selama pandemi covid, pertanian tertinggi pertumbuhannya.

Sejujurnya, saya pun juga haru. Sejak turun dari mobil banyak anak muda menyapa saya dan pada minta foto bersama. Beberapa stand memamerkan karya kreatif inovatifnya. Memberi oleh – oleh karyanya, yang dibanggakan pamer ke saya.

Hemm, dalam hati saya. Kita bisa mengantisipasi pangan ke depan jika anak muda begini semua. Di saat banyak negara menganggap pangannya lagi serius mengancamnya. Sandang dan papan bisa ditunda. Pangan, kita jangan coba – coba.

Kita kurang petani muda banyak sekali seperti mereka yang rerata lulusan perguruan tinggi. Yang mau mempraktekkan ilmunya di tengah masyarakatnya, jadi solusi multi masalah kita. Mereka yang hadir setahu saya memang ” top markotop ” semua. Sebagian saya kenal.

Contoh konkret bukti kita kurang praktisi pertanian inovatif :

1. Impor gula minimal 4 juta ton/tahun, setara kekurangan luas tanam 700.000 ha. Ini jika tanpa pelaku muda maka akan tetap impor gula. Bahkan mungkin makin besar impor kita. Jika 1 petani muda 5 ha berarti butuh 140.000 anak muda petani tebu.

2. Impor kelengkeng minimal 90.000 ton/tahun. Setara kekurangan luas tanam 4.500 ha, jika produktivitas 20 ton/ha/tahun. Setara kekurangan petani 2.250 anak muda jika 2 ha/anak muda inovatif berjiwa pengusaha. Tentu masih banyak lagi selain gula dan kelengkeng.

Saat saya mengisi acara, ditanya oleh pemandu sebagai narasumber sesi motivasi, kenapa selama ini begitu semangatnya tiada henti mengajak anak muda bertani inovatif ?

Jawaban saya lugas apa adanya, bahwa berkat hasil bertani/beternak, saya telah menolong ratusan orang operasi bibir sumbing, katarak, beasiswa dan misi sosial kemanusiaan lainnya. Tentu selain bisa mengkaryakan banyak tenaga masyarakat yang dulunya menganggur.

Artinya dunia agro inovatif terbukti menjanjikan. Berdasarkan empiris saya pribadi. Patut dijemput oleh para anak muda pemilik masa depan Indonesia. Pangan pasarnya makin besar, asal berilmu dan inovatif akan punya masa depan cerah.

Sekali lagi, saya bangga kepada kalian anak muda yang berilmu dan berbuat nyata di lapangan. Do’a ku di nadimu.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
Hp 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *