Sekitar 9 tahun lalu, ada seorang pengusaha berusaha untuk menjabarkan rasa syukur atas nikmat-Nya. Berbagi bibit alpukat dan durian. Sebanyak 5.000 pokok di daerahnya. Harapannya agar terbangun ekonomi kerakyatan madani. Bermanfaat nyata bagi masyarakat.
Melalui sebuah lembaga pendidikan tinggi. Yang mahasiswanya sedang praktik lapangan (KKN/PKL) dibagikan 5 pokok/kepala keluarga. Diajari dan dilatih oleh mahasiswa cara menanam dan merawatnya. Agar jadi sumber passive income jangka panjang.
Saat ini telah berbuah yang ke 5 kalinya, sejak umur 4 tahun sudah produktif. Masyarakat tersebut beragam dampaknya. Karena beragam ” mutu mental perorangan ” nya. Terlihat Tuhan Maha Adil, siapa yang bersungguh – sungguh dialah yang berhasil ( Man Jadda Wajada ).
A. Punya omzet dan laba terbesar. Karena punya 500 pohon. Saat usia 3 tahun nampak pada berbunga, tanpa ada yang menyuruh dan menyumbang. Lalu yang berbunga diambil entresnya jadi indukan. Diperluas tanamnya. Sekitar 500 pokok x Rp 7 juta/pohon = Rp 3,5 miliar/tahun diborong tengkulak.
B. Dapat bahan dagangan rutin jangka panjang. Jadi tengkulak dikirim ke Pasar Induk dan Eksportir. Dapatlah omzet dan laba besar karena berperan jadi off taker nya. Seolah jadi inti, padahal karena ” mental perorangan mau improvisasi diri ” nya tiada henti mencari intuisi peluang bisnis. Merekrut sekitarnya jadi pekerja.
C. Punya sumber pendapatan jangka panjang. Karena bantuan bibit 5 pokok x Rp 7 juta/pokok/tahun = Rp 35 juta/tahun musiman (omzet). Tiada mau membangun mental perorangan agar makin bernilai kontribusinya. Mau berbuat jika ada sumbangan saja. Mau berbuat kalau ada yang menyuruh saja.
D. Tiada punya pendapatan dari benih bantuan tersebut. Karena tidak ditanam. Apalagi dirawat seperti tetangganya hingga mau peduli mencari pupuk organik bekas sampah dibakar atau limbah ternaknya. Mati semua bibitnya. Sia – sia. Karena ” mental perorangan ” nya tidak berusaha membangun masa depan dirinya.
Ilmu hikmah dari kisah di atas. Menunjukkan proses pembelajaran ke kita. Adapun peluang. Adapun bantuan bibit. Adapun pendidikan dan latihan cara mengelolanya. Tapi kalau ” mental perorangan ” nya beda, maka hasilnya beda jauh. Mental kemauan keras membekali diri dan mengubah dirinya, besar pengaruhnya.
Artinya ada lahan warisan atau lahan pihak lain bisa disewa atau kerja sama. Ada bibit gratis, saat buah bisa jadi sumber okulasi untuk perluasan tanam. Ada punya ilmunya. Ada buah panen berlimpah di sekitarnya, bisa jadi bahan dagangan atau bahan baku untuk diolah lagi.
Tapi jika tanpa langkah pertama secara nyata karena ” mental perorangan dijaga ketat “, maka juga hanya jadi penonton lainnya, yang berbuat selalu berusaha menyempurnakan dari langkah sebelumnya yang pasti banyak salahnya. Bekal ilmu hikmah sebelumnya. Itu kuncinya. Kolektifnya akan mengubah masyarakatnya.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630