Startup (pengusaha pemula/perintis usaha), bukanlah pekerjaan mudah. Ini sangat sulit sekali. Apapun latar belakang pendidikan formalnya. Berapapun gelarnya. Mulai lulusan SLTA hingga Pascasarjana S3 sekalipun, semua menghadapi kesulitan.
Penyebab kesulitan jadi startup khususnya hal permodalan usaha ;
Punya modal harta warisan banyak sekalipun, banyak kisah gagal dan bangkrut menjalankan usaha. Apalagi tiada punya bekal modal sama sekali. Tapi anehnya pada fase jadi startup perusahaan harus berdiri, berjalan dan terus tumbuh kembang sehat. Hingga bermanfaat bagi orang banyak.
1. Mengenang tahun 1995, zaman itu cangkang/tempurung kelapa sawit hanyalah jadi limbah menggunung di mana – mana. Saya riset kecil potensi kalorinya, dibandingkan batu bara. Karena target saya menyerang pasar batu bara bahan bakar steam boiler perusahaan kertas raksasa ribuan ton per bulan, di Porsea Sumut.
Goal risetnya, ternyata kalori cangkang sawit (palm shell) sama dengan batu bara. Uji efektivitas 1 colt diesel dan 1 tronton juga goal di perusahaan raksasa tersebut. Kajian ” cost and benefit ” juga lebih murah bahkan ramah lingkungan berkelanjutan. Dipercaya, dapat royalti boleh pasok 3.000 ton/bulan selama 5 tahun.
Terbitlah PO (Purchase Order/Surat Pesanan) tiap bulan 3.000 ton/bulan, agar dikirim 100 ton/hari maksimal 200 ton/hari atau 4 tronton/hari. Agar tidak numpuk karena tidak ada tempatnya. Batu bara 80% diganti dengan cangkang sawit. CEO nya yang orang India, terkenal galak, senang sekali.
Giliran mau menjalankan usaha yang omzetnya besar rutin jangka panjang 5 tahun tersebut. Labanya juga sangat sehat. Saya bingung permodalannya, karena tanpa dibayar kontan. Butuh proses uji mutu di laboratorium, validasi timbangan dan proses tagihan (invoice). Butuh waktu 1 bulan baru cair.
Yang saya lakukan, kontrak 8 unit tronton untuk melayani 4 tronton/hari. Saya minta pengertian pemilik armada agar mau saya bayar setelah invoice cair. Goal. Bahkan sebagian cangkang juga didanainya, saya terbuka apa adanya harga agar mudah kelolanya. Sebagian lagi didanai pelanggan saya yang beli karung bekas.
Lumayan, cari laba bersih Rp 75 juta/bulan tidak kemana. Saya hanya minta Rp 25/kg dari 3.000 ton/bulan. Membentuk tim pemikir, pengelola usaha. Juga tidak mudah. Karena saat itu jadi Guru Pelatih Militer di Rindam I/BB, Pematang Siantar Sumut. Manajemen jarak jauh.
2. Mengenang tahun 2009, saya dinas militer sebagai Perwira Peneliti di Puskes TNI – AD. Lembaga Biomedis. Di Jakarta Timur. Selain riset Citronella Geraniol untuk preventif profilaksis Prajurit yang tugas di Perbatasan Papua agar aman dari ancaman malaria. Juga riset pribadi hal pembiakan seperti senjata biologi yang dahsyat mikroba fungsional tinggi untuk pertanian.
Keduanya goal, riset tugas militer tuntas. Tuntas juga riset sumber, metoda dan bahan baku media biaknya strain mikroba Azospirillum, Azotobacter dan Rhizobium sebagai penambat N, pengganti Urea. Pseudomonas, Bacillus, Trichoderma, Aspergillusniger. Sebagai pelarut P dan K, (Pengganti SP36 dan KCl) sekaligus biopestisida.
Yang pada akhirnya jadilah Bio Extrim sebagai pupuk hayati, Organox pupuk organik dengan kadar c organik tinggi dan Hormax sebagai hormonal/zat pengatur tumbuh Auksin, Sitokinin, Giberelin dan Etilen. Berulang kali gagal dan gagal. Puluhan botol gagal uji mutu. Uji efikasi di Kebun Percobaan IPB University Pasir Sarongge Cianjur. Goal juga.
Karena baru bangkrut Rp 38 miliar, tertipu fatal. Tiada punya apa – apa lagi. Tapi hasil riset harus saya hilirisasikan hingga on market jadi inovasi. Berawal hanya memakai drum 200 literan diaduk dengan pipa paralon manual lalu dengan bor listrik rekayasa di ujungnya, akhirnya menggunakan beberapa tangki 20.000 liter dengan blower kapal agar homogen cepat.
Lagi, masalah pada modal usaha. Saat dapat orderan hingga belasan miliar bingung. Karena dana pribadi buat beli botol saja tidak cukup. Apalagi bahan baku, kardus dan kemasan lain serta ongkos kirimnya. Tapi di dalam hati, misi komersialisasi hilirisasi harus tetap jalan. Produk harus jadi ” Market Leader “.
Yang saya lakukan, iuran dengan semua supplier. Pendek kata, yang biasanya dibayar kontan kali ini dibayar 3 bulan setelah proyek kelar. Goal. Habis proyek selesai otomatis punya laba miliaran. Jadi modal usaha. Terkumpul lagi jadi modal investasi produktif sumber passive income jangka panjang misal kebun dan ternak sapi hingga sekarang makin membesar usahanya.
Kesimpulan ;
- Jadi startup tidak mudah, sekalipun punya ilmu dengan gelar berjejer sekalipun belum tentu lulus jadi pengusaha. Masih butuh ilmu hikmah, pengalaman jatuh bangun di lapangan. Untuk bekal melangkah lebih sempurna lagi. Pengalaman tidak ada yang menjual di toko manapun juga.
- Jadi startup tidak mudah, sekalipun punya harta warisan banyak atau donasi investor. Buktinya gagalnya hingga ratusan miliar. Butuh pengalaman lapangan mencari modal, mengelola usaha agar cashflow sehat. Dari minus karena modal harta orang lain, labanya dibagi berdua hingga tumbuh jadi modalnya sendiri. Investasinya juga milik sendiri murni.
- Jadi startup tidak mudah, butuh banyak ahli dan skill. Padahal tidak mungkin seorang jadi ahli dan skill banyak hal. Harus melibatkan orang lain dan banyak multi ahli dan skill. Artinya harus ada proses mempraktikkan ilmu leadership di lapangan. Memimpin orang lain lebih pintar dan skill. Tidak cukup hanya hafal saja.
Artinya jadi startup agar benar lulus jadi pengusaha. Harus ada seleksi alam di lapangan. Dengan jatuh bangun dan jatuh bangun lagi. Intinya tidak semudah jadi komentatornya startup. Kalau memang mudah jadi startup lalu mudah jadi pengusaha. Buktikan saja cipta lapangan kerja dan membayar pajak banyak.
Agar jadi solusi konkret multi masalah bangsa Indonesia yang kita cintai ini.
Jika minat Bio Extrim, Hormax, Raja Rhizo, Bomax dan Organox. Bisa menghubungi Pabriknya dengan Reni Hp 087781889797 atau David Hp 081219929262.
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630