Selama 3 hari ini saya ke Pekanbaru Riau. Daerah yang ekonominya sangat dinamis positif dari waktu ke waktu. Masyarakatnya majemuk yang penuh antusias membangun dalam kebersamaannya untuk kemajuan bersama. Ini esensi idealnya pembangunan.
Teramat banyak kisahku terekam dalam memori. Mulai paling pahit hingga juga pernah tahu rasanya teramat manis tentang kehidupan. Bagai air laut, pasang surut hal biasa. Tak ubahnya waktu, ada siang dan malam. Semua bermanfaat, asal positif bisa memanfaatkannya.
Tahun 1997 an pertama kali kaki menginjakkan ” Bumi Lancang Kuning “. Mencarikan kebun sawit peserta transmigrasi tidak kerasan. Untuk orang tuaku. Harga Rp 3,8 juta dapat 2 ha sawit dan 0,5 ha pekarangan beserta rumah jatah pemerintah, masih dibebani utang bank. Harga saat ini tahun 2023 Rp 350 juta/kavling.
Saat itu pangkat Letda, dinas di Rindam l/BB Pematang Siantar Sumut. Punya usaha supplier cangkang sawit ke pabrik kertas raksasa di Porsea Sumut. Selain usaha pinang, batu kapur, karung bekas, sekam padi, ikan mas, limbah kayu teh dan beras.
Setelah tahu enaknya rezeki berkebun sawit. Mencetak kebun skala ratusan hektar. Saya pulang ke Banyuwangi, mengajak 16 anak muda. Tim Sukses Kopassus ku. Mereka mengelola kebun. Setelah buah mereka dapat 2 ha/orang total 32 ha 1 blok.
Saat ini, mereka sukses. Bahagia sekali menyaksikan mereka sehat, bahagia bersama keluarga dan ekonominya mandiri dari kebun serta tidak punya utang bank, ujarnya. Kami jumpa lagi, sudah 15 tahun pisah. Haru tak sadar menetes air mata.
Usahanya tumbuh dan berkembang hingga ada yang jadi distributor sarana pertanian, jadi Kades perangkat desa, kebunnya juga sudah ada yang puluhan hektar. Saya tinggalkan sementara 15 tahun, karena tahun 2008 bangkrut Rp 38 miliar RS Satya Insani dan lainnya.
Diisukan saya telah meninggal, kebun 83 ha dan 43 ha sebagian dikelola masyarakat sekitar 6 ha. Bukan masalah bagi saya, sepanjang bermanfaat untuk hidup mereka sekeluarga. Terlebih jika itu satu – satunya sumber nafkahnya. Saya tahu persis rasanya, karena pernah merasakan serupa.
Misi saya datang untuk menerangi yang gelap. Berusaha bermanfaat. Mengharukan saat jumpa dengan beberapa Tokoh Masyarakat dan Sesepuh yang tahu persis prosesnya saat membangun kebun tersebut. Tahu persis betapa sangat beratnya membangun kebun tersebut.
Melibatkan 6 unit Excavator hampir 1 tahun. Ada 1 unit Excavator tenggelam jadi korban, lalu jadi kolam. Tapi semua jadi indah saat disambut masyarakat dengan hangat. Utamanya mantan Tim Khusus 16 orang dan Perangkat Desa.
Kerinduan yang teramat dalam, telah terobati. Mental siap tempur kembali membangun desa, kembali berkobar semangatnya. Apalagi di ujung kebunku mau dibangun cetak sawah skala luas oleh pemerintah. Itu yang dituturkan oleh Pak Kades setempat. Luar biasa perkembangannya.
Jadi ingat tahun 2009 saya cetak sawah 21 ha di Jonggol Bogor lahan tidur terlantar karena tandus. Lahan milik perusahaan pengembang perumahan. Saya terasa makin kuat dan cerdas di lapangan karena semangat pangan kita harus berdaulat.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630