Dalam sebuah buku yang membahas pengembangan dan pemberdayaan diri. Diajarkan tentang kemanfaatan diri kita dan kapital kita untuk masyarakat banyak. Makin tinggi posisi kita dan makin besar aset kapital bisnis kita maka akan linier makin besar manfaatnya.
Untuk mendongkrak besarnya kapital itulah banyak cara yang dilakukan oleh pengusaha. Di antaranya joint bisnis, utang bank, bagi saham (Tbk, Go public) dan lainnya. Dengan begitu yang dulunya hanya punya 5 karyawan jadi 50 atau 500 orang dan seterusnya.
Implikasinya, makin banyak berbuat baik yang bermanfaat. Misal peduli sosial kemanusiaan, membangunkan tempat suci, memberangkatkan ke tanah suci kepada banyak orang dari dana sebagian laba usaha, bisa penyantunan dan beasiswa. Selain rutin gajian untuk daya beli.
Konkretnya, seseorang punya usaha labanya 36%/tahun. Bermitra dengan pihak lain joint invest. Laba dibagi berdua. Lumayan dari pada deposito hanya 3%/tahun. Begitu juga jual saham perusahaannya. Keduanya agar bisa dapat laba makin banyak dengan cara memberdayakan aset orang lain.
Dengan prinsip upaya memberdayakan aset orang lain yang ” win – win solution ” inilah pendongkrak kapital bisnisnya. Apalagi jika sekaligus merekrut orang lain yang hebat – hebat di bidangnya. Agar makin produktif lagi. Lalu bisnisnya membesar, karyawan makin banyak dan manfaatnya makin luas.
Contoh konkret kalkulasi logisnya. Seseorang supplier bahan baku pabrik nilainya Rp 100 juta, labanya 15% tapi 1 bulan baru cair. Kalau pakai dana bank kan hanya terpotong 1% saja. Sisanya banyak untuk yang bersangkutan. Apalagi Prajogo Pangestu yang bulan lalu didanai BNI Rp 2,4 triliun.
Banyak masyarakat tidak tahu seorang konglomerat bisa besar usahanya karena dipercaya pihak lain. Mitra investasi. Penyerta saham karena Tbk dan bank. Hampir semua konglomerat memiliki utang. Bahkan, utang adalah bagian penting dari strategi bisnis mereka.
Berikut beberapa alasan mengapa mereka berutang:
1). Ekspansi Bisnis.
Konglomerat sering berutang untuk memperluas bisnis mereka, baik dengan membuka cabang baru, mengakuisisi perusahaan lain, atau berinvestasi dalam teknologi baru.
2). Optimalisasi Pajak.
Utang bisa mengurangi beban pajak karena bunga pinjaman sering kali dapat dikurangkan dari pajak penghasilan.
3). Leverage Keuangan.
Dengan memanfaatkan utang, mereka bisa menggunakan modal yang lebih besar dibanding hanya mengandalkan modal sendiri, sehingga potensi keuntungan juga lebih besar.
4). Manajemen Arus Kas.
Pinjaman jangka pendek membantu mereka menjaga likuiditas dan memenuhi kewajiban operasional tanpa harus menjual aset atau ekuitas.
Namun, tidak semua utang itu buruk. Selama dikelola dengan baik, utang justru bisa menjadi alat untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis. Yang berbahaya adalah jika utang melebihi kapasitas bayar perusahaan, seperti yang terjadi dalam beberapa kasus bangkrutnya konglomerat besar. Ini umumnya.
Salam Mandiri 🇮🇩
Wayan Supadno
Praktisi Agribisnis
HP 081586580630