Sat. Sep 14th, 2024

Kawula muda, tiap kali kita jumpa seseorang yang belum sebagai pebisnis. Misal profesional, karyawan, ASN, peneliti dan lainnya. Selalu pertanyaannya peluang bisnis apa yang bisa dilakukan. Bagaimana cara mengawali bisnis. Seakan peluang bisnis tidak terlihat olehnya. Bisa terjadi seperti itu karena bukan kebiasaan hariannya. Bukan ekosistemnya.

Sebaliknya, kalau kita jumpa pebisnis sejati yang punya pengalaman panjang di lapangan. Sekalipun berada di mana saja, situasi dan kondisi seperti apapun juga. Selalu di matanya terlihat peluang bisnis terlalu banyak, bagai menari – nari di kelopak matanya. Bisa seperti ini karena sudah terbiasa, sering melatih diri hal intuisi.

Bahkan hingga kewalahan untuk mengerjakan. Lalu jadi mata ” keranjang bisnis ” karena semua mau dikerjakan. Hingga jadi sebab hampir semua pebisnis sejati kekurangan modal usaha untuk scale up usaha dan memperbanyak unit bisnisnya. Kondisi ini sering terjadi. Jadi sebab cepat melejit bisnis dan nama besarnya, karena bermanfaat bagi orang banyak.

Itulah sebabnya, para pebisnis mengalami proses pasang surut jatuh bangun. Banyak pebisnis gagal hingga bangkrut walaupun akhirnya bangkit lagi. Karena gagal kendali cashflow saat ekspansi. Atau paling sering karena tertipu dan terjegal, saat melompat ekspansi. Sering terjadi hingga bangkrut fatal (empiris).

Mata keranjang bisnis, umumnya terjadi karena ada emosi diri di dalam hati yang tidak mampu dikendalikan oleh dirinya, apalagi oleh para staf di sekitarnya. Maunya, ibarat mengibarkan bendera nama besarnya bisa secepat mungkin dan setinggi mungkin. Ini masalah utamanya.

Pebisnis, ibarat Ratu naik kereta kencana yang dibawa oleh 6 kuda (Sad Ripu/Bahasa Sansekerta), peran kuda – kuda tersebut ada sebagai kama/nafsu, krodha/kemarahan, lobha/ketamakan, moha/keterikatan duniawi, mada/kesombongan dan matsarya/iri dengki hati. Semua berkobar dalam diri, hidup tiada arti lagi.

Sesungguhnya, semua punya energi negatif tersebut. Tapi semua bisa dikendalikan asal mau saja melakukan. Percepatan maju mundurnya bisnis kita sangat dipengaruhi oleh diri kita sendiri. Konkretnya sekalipun banyak peluang bisnis menari – nari di kelopak mata, jika kita waspada maka bukan masalah.

Justru jika jadi pebisnis masih bingung mau ekspansi. Masih bingung cari bisnis baru apalagi sebagai sumber pendapatan alternatif. Masih bingung juga memberdayakan dananya hingga parkir di bank bermalasan, itulah pebisnis yang salah. Tidak dinamis. Hanya statis saja. Daya manfaatnya kurang optimal.

Solusinya, harus dibuat kajian antar peluang bisnis yang menari – menari di kelopak mata kita tersebut. Semua dikaji. Dikompilasi dan disimpulkan ” skala prioritas ” mana yang mau dikerjakan. Bisnis yang ada mau di scale up karena bahan baku banyak berlimpah dan permintaan produk kita antri terus. Di scale up agar pelanggan puas karena terlayani semua.

Atau mau membuat unit bisnis baru agar ada pendamping cashflow sumber income baru. Agar makin memperkokoh yang ada. Makin banyak menampung pengangguran jadi karyawan produktif, membendung impor, membayar pajak jumlah makin besar dan lainnya. Agar hidupnya makin bermanfaat.

Solusinya, konsolidasi kaji kekuatan diri dan kekuatan lawan serta dinamika persaingan. Mudah dipasarkan (marketable). Estimasi cashflow sehat, harga pokok produksi (HPP) rendah berkelanjutan karena inovatif. Agroklimat tepat misal bahan baku berlimpah dan manajemen resiko mudah dikelola. Bankable agar mudah cari mitra usaha.

Kesimpulan, kawula muda jika belum jadi pebisnis. Latihlah agar refleks menangkap peluang bisnis di manapun anda berada. Berdayakan optimal panca indra, kaitkan ke naluri bisnis. Kompilasikan antar peluang bisnis tersebut buat SWOT analisisnya. Buat simualsi PPIC (production, planning and inventory control) nya.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *