Thu. Jun 26th, 2025

Saat saya remaja, ikut Kakek Nenek di Banyuwangi Selatan. Suatu malam Kakek Nenek mengumpulkan 7 orang anaknya. Misinya membagi warisan. Membekali harta. Karena sudah sepuh, disisakan tidak seberapa.

Pagi harinya saya ikut ke sawah. Membersihkan gulma rumput liar pada padinya. Pas istirahat kami beristirahat dalam gubuk di tengah sawah tersebut. Hal seperti ini kalau liburan selalu ikut, termasuk saat kuliah.

Kakek memberi wejangan. Matun membersihkan rumput padi, maksudnya juga agar akar sebagian terputus lalu bercabang memperbanyak mata akar. Agar makin mumpuni mencari sari makanan di bawah tanah.

Mengarahkan kacang panjang. Agar tetap menjalar di kayu lanjarannya. Agar tetap ke atas sesuai harapan lalu produktif. Tidak liar semaunya sendiri. Manusia pada fase anak – anak dan remaja sama juga. Butuh arahan.

Cabe atau jeruk dipruning. Dipotong dahan yang kontra produktif. Seolah terkesan sakit. Tapi demi masa depan lebih baik. Bukan masalah. Sama halnya, sekolah ujiannya sulit. Apalagi praktiknya selalu gagal dan gagal terlebih dulu.

Beberapa contoh lapangan ” dunia pertanian ” dicontohkan setelah selesai diurai maksud tujuan dan falsafahnya tadi. Kakek berkisah saat berbagi warisan tadi malamnya. Betapa sangat pentingnya membangun manusia.

” Warisan emas berlian ditumpuk sebesar gunung sekalipun, tiada arti apa – apa jika tidak mau membekali diri agar bisa mengelolanya. Justru hanya jadi masalah anak cucu kelak, meninggalkan limbah saja misalnya ” ujarnya Kakekku.

” Apalagi warisan sawah dan pekarangan tidak seberapa. Sekejap habis buat makan dan foya – foya. Jika tidak bisa memberdayakan. Harus diberdayakan untuk penghidupan dan kemanfaatan bagi orang lain “, itu imbuhnya.

Kakekku. Berkisah edukatif di gubuk tengah sawah sembari memberi contoh nyata. Beberapa orang tanpa warisan tapi hidupnya bisa mumpuni karena mutu manusianya. Begitu juga, contoh nyata manusia sebaliknya. Yang ada di sekitarnya. Inspiratif.

Dalam hatiku. Pantesan walaupun Kakek Nenek SD saja tidak lulus, berusaha keras agar anak – anaknya kuliah semua. Begitu juga saya sebagai cucunya, tiada henti memotivasi dan melibatkan agar ikut ke sawah saat liburan. Agar skill.

Ilmu hikmahnya. Seakan apa yang dikisahkan oleh Kakekku. Sepaham dengan pendapat Ekonomi Legendaris Adam Smith bahwa mutu manusia yang menentukan masa depan bangsa, bukan kekayaan alamnya semata.

Contoh, Vietnam saat ini hebat di ” ketahanan pangan berkelanjutan ” karena pernah berguru ke Indonesia. Ethiopia peringkat ke – 12 di dunia, ketahanan pangan berkelanjutan karena berguru ke Israel. Dubai, gurun pasirnya jadi penghasil padi karena inovasinya RRC.

Kini ada wacana, Indonesia mengundang RRC agar transfer teknologi yang diterapkan di Dubai dan RRC, agar diterapkan di Kalimantan Tengah. Agar jadi lumbung pangan dunia. Mengubah lahan terlantar dan tandus berpasir jadi produktif. Welcome RRC.

Sekali lagi, hanya manusia hebat yang bisa mengubah sebuah bangsa jadi hebat. Bukan kekayaan alam (harta) nya. Tuhan berjanji, tiada mengubah nasib suatu kaum (bangsa) jika kaum tersebut tidak berusaha mengubah nasibnya sendiri.

Salam Mandiri šŸ‡®šŸ‡©
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *