Mon. Jun 23rd, 2025

Bertahun – tahun saya berkebun, karena konsepnya implementasi inovasi remediasi, mengubah lahan tandus gersang agar lahan jadi sehat subur makin asri alami produktif jangka panjang. Sehingga butuh kotoran hewan ternak feses urine jumlah besar jangka panjang.

Akhir tahun 2017, saya sempatkan ke kandang peternakan sapi milik koperasi yang ketuanya seorang Kepala SMK di Pangkalan Bun. Sengaja mau membekali diri mencari ilmu lapangan hal ternak sapi. Kandangnya tidaklah besar amat, tapi jiwanya besar, murah hati dengan ilmunya.

Ujarnya, kami ternak sapi pedomannya sederhana. Apapun alasannya omzet dari jualan feses urine harus lebih banyak dari total biaya merawat sapi per harinya. Jika biaya sehari Rp 5.000/ekor, maka omzet feses harus minimal Rp 5.000/ekor. Dengan begitu harus tiada biaya per harinya. Hebat, dalam hatiku.

Padahal sapi Bali indukan menghasilkan feses kering angin 10 kg/ekor/hari, saya beli Rp 1.000/kg, setara Rp 10.000/ekor/hari. Karena berat feses sapi setara 4% dari bobot hidup/harinya dan 10% dari bobot hidupnya adalah pakan hijauan murni/harinya. Cashflow harian sangat sederhana.

Awal tahun 2018, spontan saya beli sapi 3 ekor saja. Hati mulai senang, sapi saya perbanyak 70 ekor, bahan riset memastikan berapa banyak kebutuhan pakan sapi riilnya tiap hari dan berapa banyak feses maupun urine bisa didapat tiap hari per ekornya.

Setelah terkonfirmasi dari hasil riset sendiri selama 6 bulan pada 70 ekor sapi tahun 2018. Saya cari akal lagi. Menanam hijauan pakan ternak inovasi Pakchong, Zanzibar dan Gama Umami (UGM). Luar biasa hematnya karena protein kasar 16%, biomassa 700 ton/ha/tahun. Praktis biaya makin rendah.

Selain itu rekayasa kandang agar bisa mekanisasi saat panen feses urine agar bisa cukup mekanisasi dengan mesin loader. Juga agar hemat minimal 70 ekor sapi tiap orang pengurus sapi. Biaya Rp 2 juta/ekor/tahun. Dapat omzet feses Rp 5 juta/ekor/tahun.

Agar ada off taker pasti, contract farming maka integrasi membuat kandang di tengah kebun sendiri. Caranya anggaran pupuk NPK kebun direduksi, buat beli feses urine sapi sendiri. Pendek kata, jual feses urine dari kantong kiri kepada usaha perkebunan kantong kanan, keduanya milik sendiri.

Supaya terjadi keseimbangan antara jumlah kebutuhan kebun terhadap feses urine sapi dengan daya produksi feses urine pada devisi ternak sapi. Idealnya tiap 4 sd 5 ekor sapi indukan, untuk satu hektar kebun. Untuk satu hektar rumput Gama Umami bisa buat hidup 50 ekor sapi indukan.

Dengan begitu akan nol limbah, riil ekonomi sirkular ramah lingkungan. Asri berkelanjutan. Hasil riset para peneliti juga bisa diserap makin maksimal bermanfaat bagi pelaku usaha. Agar makin kompetitif, karena rendahnya harga pokok produksi (HPP) yang terintegrasi satu lokasi, tanpa banyak ongkos kirim lagi.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *