Empiris.
” Lakukan intelijen pasar, sebelum meneliti. Ingat dana penelitian dari APBN kumpulan pajak rakyat kita. Termasuk pajak pemilik rumah tipe 36, sawahnya hanya 0,3 ha. Hargai dengan cara efektivitas efisiensi penelitian kita, agar diserap pasar bermanfaat nyata. “
Itulah pesan Komandan saya dulu tahun 2009 s/d 2014, beliau berpangkat Kolonel Ckm, Apoteker, S2 nya di Australia dan S3 nya di Inggris. Saat itu saya jadi Perwira Peneliti di Lembaga Biomedis Pusat Kesehatan TNI AD. Telah banyak mewarnai mentalitas dan kapasitas pola pikir saya.
Latar belakang penelitian saya, tingginya kasus penyakit malaria pada Prajurit dan Keluarganya pasca penugasan di Papua dan Perbatasan. Sehingga pagu APBN untuk itu jumlahnya besar tiap tahunnya. Lalu saya meriset profilaksis preventifnya.
Berbahan baku daun jeruk purut dan sereh wangi, diekstrak ternyata kuat mengandung Citronella dan Geraniol, pengusir nyamuk malaria. Diindustrikan. Jadi bekal perorangan Prajurit yang bertugas. Terpakai diserap pasar massal. Hati saya bahagia APBN terpakai efektif.
Tahun 2005, saya bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Karena cangkang sawit ( Palm Shell ) berlimpah diubah jadi karbon aktif pembersih air dan bahan baterai, asap cair pengawet makanan dan arang briket pemanas musim dingin di Eropa.
Setelah jadi, ditolak oleh pasar Eropa yang mengharuskan organik. Rugi Rp 465 juta. Tidak terkomersilkan. Bukan dana APBN, dana pribadi hasil usaha pribadi RS Satya Insani di Riau. Sangat melelahkan. Sia – sia. Malu walau dana pribadi. Akibat tanpa intelijen pasar sebelum riset.
Tahun 2008, karena pupuk kimia produksi nasional bermasalah. Indikasinya ada berita 2 truk muatan Urea di Sidoarjo dijarah petani ramai – ramai. Karena pupuk langka dan mahal. Saya tahu berita di TV. Berarti pasar pupuk sangat menjanjikan. Saat itu, mengawali bertani sulit pupuk.
Sejak itu saya melakukan penelitian di luar jam dinas militer. Sekitar 7 bulan ada kesimpulan hasil uji mutu di Fakultas MIPA IPB University dan Sucofindo. Saya bisa membuat formula pupuk hayati (mikroba) salah satu merek dagangnya Bio Extrim dan formula hormonal/ZPT merek dagangnya Hormax.
Diuji efektivitas oleh Fakultas Pertanian IPB University, pada tanaman padi dan sayuran 2 musim tanam. Oleh (Alm) Bapak Sugiyanta Dekan Fakultas Pertanian. Selama 6 bulan lulus dengan memuaskan. Hingga saat ini beredar luas di pasar (terkomersilkan). Menambah kesejahteraan dan manfaat bagi petani.
Ilmu hikmahnya, dari kisah saya pribadi di atas. Beda nyata antara satu dengan lainnya. Jika kita sebagai peneliti melakukan penelitian jadi invensi lalu terhilirisasikan jadi inovasi sangat membahagiakan. Bermanfaat bagi orang lain. Solutif konkret. Karena jelas pasarnya.
Tapi jika tanpa dasar kajian pasar pada pra riset. Sehingga sulit memasarkan hasil risetnya. Tidak diserap oleh praktisi. Walaupun katanya mutu risetnya bagus, jumlahnya banyak, karena sering riset. Jika tanpa intelijen pasar sebelumnya. Jadinya ” bathin sangat terbebani dan malu “.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630
Saya sependapat dengan perihal kesesuaian riset & kebutuhan pasar. Sangat setuju, tetapi saya mengharapkan situasi ini dilihat dalam tinjauan kesesuaian pada sistem pertanian secara utuh. Sistem utuh pertanian yang saya maksud dimulai dari REFORMASI AGRARIA lahan pertanian, kelembagaan petani s/d kepastian pasar & kepastian kesejahteraan semua stake holder dalam sistem pertanian. Sistem ini didalamnya membutuhkan kegotong royongan para sarjana berbagai disiplin ilmu, termasuk sarjana selain sarjana pertanian. Petani butuh sarjana hukum (notaris & lowyer) untuk kepentongan reformasi agraria, kelembagaan petani & urusan perbankan. Sarjana pertanian yg tersertifikasi oleh FAO menjadikebutuhan mutlak. Demikian juga berlaku seterusnya pada setiap tahap dalam sistem yg saya maksud. Saya menyebutkan sistem dengan nama “SINGLE LINE” SISTEM PERTANIAN.
#Note paradigma & visi pertanian: “Memakasimalkan pengabdian manusia, tanaman, hewan & ciptaan lainnya kepada Tuhan Yanh Maha Esa.” Inilah esensi dari tanggung jawab para PEMIMPIN bidang pertanian. Pertanian Indonesia membutuhkan figur PEMIMPIN, selain figur manajer.
Siap guruku.
Semoga pak WS sehat selalu, dan usahanya tambah berkah & bermanfaat bagi sesama.
Pak WS sangat menginspirasi, penuh inovasi bagi kami didesa.