Hal sangat mengharukan apa yang disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo. Beliau menekankan ucapan terima kasih khususnya kepada para pelaku yaitu petani pangan beras utamanya.

Saat mendapat penghargaan dari IRRI ( International Rice Research Institute ) pada 14 Agustus 2022. Selama 2019 s/d 2021 swasembada beras berkat sistem yang baik dan inovatifnya. Kado Istimewa Saat HUT Ke 77 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Istimewa karena saat negara lain pada pusing dengan pangan. Ini berkat kerja keras petani kita utamanya, dukungan Pemda, Kementan, perguruan tinggi dan infrastruktur ribuan bendungan maupun embung dibangun di mana – mana.

Hal menarik yang saya catat bahwa ;

1. Terwujud prestasi emas Indonesia sebagai penghasil beras terbesar ke 3 di dunia. Berkat intensifikasi, ekstensifikasi, pemakaian benih inovasi, KUR, pembangunan puluhan bendungan dan revitalisasi jaringan irigasi secara besar – besaran.

2. Diversifikasi pangan mulai berhasil. Indeks asupan beras berkurang dari 98 kg/kapita jadi 94 kg/kapita, ideal rekom FAO 85 kg/kapita/tahun. Sehingga produksi beras yang konsisten bisa 31,3 juta ton/tahun berturut – turut, stok saat ini 10,2 juta ton beras. Hebat, luar biasa.

Terbayang oleh saya bahwa ;

Rerata produksi kita 5,2 ton GKP/ha (BPS). Varietas dari IPB Universitydiklaim oleh Rektor IPB Universitybisa 12 ton GKP/ha. Jika semua memakai benih tersebut naik dari 5,2 ton ke 7,8 ton GKP/ha. Setara naik 50% saja (2,6 ton GKP/ha). Maka jadi 48 juta ton/tahun. Bukan lagi 31 juta ton/tahun. Itulah dampak inovatif.

Ganjalan dalam hati saya selaku petani ;

Di balik prestasi emas Indonesia disegani dunia akibat beras top ke 3 di dunia karena petani. Tapi kenapa nilai tukar petani (NTP) nya turun. Artinya laba petani turun, kesejahteraannya turun (BPS). Padahal mereka yang menghidupi 274 juta jiwa kaya miskin. Di mana letak salahnya ?

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
Hp 081586580630