Pada 3 tahun silam, saya membuat artikel cukup kritis menukik ke para pimpinan negeri ini. Hal indeks inovasi global Indonesia, saat itu peringkat ke 85 dari 132 negara. Syukur saat ini naik peringkat ke 74.
Karena viral, ada pejabat telepon ke saya. Menanggapi tulisan saya, katanya pedas. Padahal tidak ada cabenya. Minta contoh konkret bagaimana cara hilirisisasi inovasi agar masif, membumi bermanfaat nyata.
Saya katakan bahwa para peneliti kita hebat, hasil karyanya hebat dan biaya dari APBN juga hebat triliunan tiap tahunnya. Tapi tiada kan jadi hebat manfaatnya. Jika ” iklim hilirisasi inovasi ” tidak hebat.
Solusi konkretnya bisa meniru Taiwan, Thailand dan Vietnam. Agar membumi. Bagikan gratis benih hasil riset kembali ke pembayar pajak untuk APBN digunakan meneliti agar jadi inovasi oleh para peneliti, contoh ;
- Padi.
Data BPS produktivitas padi 5,4 ton GKP/ha. Luas tanam 10,6 juta ha. Benih dari IPB University bisa 12 ton GKP/ha. Jika didanai Rp 200 miliar saja untuk hilirisasi berbagi benih ke petani, anggap bisa 8 ton GKP/ha. Dengan luas tanam sama 10,6 juta ha.
Akan menghasilkan beras 48 juta ton/tahun. Naik tajam yang selama ini hanya 31 juta ton beras/tahun. Tiada impor beras, Indonesia kembali akan ekspor beras seperti 1984. Petani sejahtera dan betah. Itulah dampak hilirisasi inovasi.
- Sawit.
Data BPS produktivitas CPO hanya 3,6 ton/ha/tahun. Luas tanam 17,38 juta ha. Benih legal riset dari PPKS Medan berpotensi 8,7 ton CPO/ha/tahun. Jika didanai Rp 200 miliar setara 20 juta butir kecambah dari BPDPKS pungutan ke petani. Kembali ke petani.
Anggap hanya 7,2 ton CPO/ha/tahun. Maka produksi CPO Nasional jadi 92 juta ton/tahun. Bukan lagi seperti saat ini hanya 46 juta ton CPO/tahun. Petani sejahtera. Negara dapat pajak dan pungutan ekspor 2 kali lipatnya. Itulah arti inovasi karya peneliti.
- Kopi.
Data BPS produktivitas kopi di Indonesia 0,7 ton/ha/tahun. Di Vietnam mantan murid kita 3 ton/ha/tahun. Di Puslit Kopi dan Kakao Jember 3,5 ton/ha/tahun Jika didanai Rp 200 miliar benih inovasinya dibagikan ke petani.
Anggap saja bisa naik dari 0,7 ton jadi 2,5 ton/ha/tahun. Dampaknya sangat dahsyat bagi kesejahteraan petani, apresiasi ke lahan perkebunan dan lainnya. Karena luas kebun kopi di Indonesia 1,24 juta hektar. Spontan berubah, berkat para peneliti dan iklim hilirisasi inovasi.
Begitu juga komoditas lainnya. Jika serius dilakukan hilirisasi inovasinya. Maka hasil karya para peneliti ternikmati oleh masyarakat dan bangsa. Bukan di lemari. Karena masyarakat yang paling berhak. Sebagai pembayar pajak.
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630