Tue. Jun 24th, 2025

Pendapatan per kapita Malaysia dan RRC hampir sama sekitar USD 12.000 atau sekitar Rp 16,3 juta/kapita/bulan. Pendapatan per kapita Indonesia sekitar USD 5.200 atau sekitar Rp 7 juta/kapita/bulan. Kedua negara tersebut pesat karena hilirisasi dan bahan bakunya dari Indonesia.

Presiden Prabowo salah satu program unggulannya adalah hilirisasi. Karena bahan baku di Indonesia berlimpah. Di antaranya hasil bumi, tambang mineral dan hasil penelitianpun juga menumpuk di lemari. Dana parkir di bank milik pihak lain penabung dan deposan Rp 8.600 triliun.

Hilirisasi akan berimplikasi dahsyat. Menciptakan lapangan kerja jutaan orang. Otomatis yang biasanya menganggur tanpa pendapatan akan punya pendapatan rutin lalu meningkatkan pendapatan per kapita nasional. Daya beli meningkat lalu kemiskinan berkurang.

Konkretnya ;

Sebuah sentra sawit rakyat 24.000 hektar. Milik 8.000 keluarga petani. Setara 3 hektar/keluarga. Datang investor pengusaha dari luar negeri membangun pabrik kelapa sawit (PKS) penghasil CPO (minyak mentah sawit), PKO (minyak mentah kernel into sawit), cangkang dan bungkil sawit di tengah sentra sawit tersebut.

Kapasitas PKS 120 ton/jam hanya butuh lahan 40 hektar. Agar seimbang antara kapasitas dan bahan baku hasil panen petani. Petani senang dapat kepastian pasar harga wajar dekat kebunnya. Begitu juga Pemda juga senang tercipta lapangan kerja dan ada pendapatan asli daerah (PAD).

Tapi di balik itu apa yang terjadi ?

Omzet dari sawit 24.000 hektar hanya akan dapat 24.000 hektar x 25 ton/ha x Rp 3.000/kg = Rp 1,8 triliun/tahun. Indeks jika milik 8.000 keluarga 3 hektar/keluarga dapat Rp 225 juta/keluarga/tahun. Atau petani dapat pendapatan kotor omzet Rp 18,75 juta/keluarga/bulan. Laba bersih Rp 9 juta/bulan.

Karena di ” hilir ” hanya 40 hektar mengalahkan omzet di ” hulu ” kebun 24.000 hektar. Akan dapat omzet dari CPO 5 ton/ha x 24.000 hektar x Rp 13.000 = Rp 1,6 triliun/tahun, PKO dapat 24.000 hektar x 25 ton/ha x 5% rendemen x Rp 25.000/kg = Rp 750 miliar/tahun. Total Rp 2,36 triliun/tahun. Belum dari cangkang dan bungkilnya.

Ngerinya lagi. CPO jumlah 24.000 hektar x 5 ton/ha = 120.000 ton/tahun. PKO 24.000 hektar x 25 ton/ha x 5% rendemen = 30.000 ton/tahun. Cangkang dan bungkil sawit 24.000 hektar x 25 ton/ha x 5 % rendemen = 30.000 ton/tahun. Semua diekspor dikirim jadi bahan baku pabriknya di luar negeri karena milik PMA.

Omzet pabrik hilirisasi di luar negeri, berkali lipatnya dari Rp 1,8 triliun hasil kebun 24.000 hektar milik 8.000 kepala keluarga petani. Karena diubah dengan inovasi teknologi tinggi. CPO jadi minyak goreng, vitamin A, sabun, margarin dan lainnya. Total produk turunan sawit ada 189 item dan beredar di 178 negara.

Masalahnya ?

Kita di Indonesia kekurangan SDM Entrepreneur sebagai investor hilirisasi. Jangan – jangan anak muda di kampus tidak diajari daya nalar analisis seperti ini. Sehingga seleranya hanya sebatas pencari lapangan kerja. Bukan ingin jadi Investornya lalu kita impor Entrepreneur Investor dari luar negeri. Terjadilah kapital terbang Rp 330 triliun/tahun dari sawit saja.

Ilmu hikmahnya. Program hilirisasi solusi konkret meningkatkan pendapatan per kapita agar segera jadi negara maju akibat banyak lapangan kerja tercipta. Karena bahan baku berlimpah dan hasil penelitian numpuk menggunung. Solusinya bangun dan rangsang SDM agar jadi ” Entrepreneur Investor ” di negerinya sendiri.

Salam Inovasi šŸ‡®šŸ‡©
Wayan Supadno
Anggota Dewan Pakar Sawit
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *