Banyak orang bertanya – tanya bagaimana mungkin 20 tahun silam belum jadi apa – apa. Saat ini pada jadi konglomerat. Mengkaryakan puluhan ribu pengangguran dan pajaknya untuk memperkuat APBN sebanyak triliunan per tahunnya. Ikut berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Lalu bagaimana kisahnya agar bisa diambil ilmu hikmahnya, bagian dari proses pembelajaran lapangan yang sesungguhnya. Bisa direplikasi dengan meniru ATP (amati, tiru, plek) atau ATM (amati, tiru, modifikasi). Agar makin banyak pencipta lapangan kerja, meniadakan pengangguran. Berikut di antaranya cara mewujudkan ;
A. Punya usaha pengolahan kayu alam, karena punya HPH walaupun bukan terluas amat. Tim pemasaran dipacu, utamanya ke pasar global. Nama baiknya dijaga ketat agar ” Merek Perorangan ” dipercaya total. Karena sadar hanya itu jalan pintas suksesnya. Pantang ingkar janji jika punya utang.
Kapasitas pabriknya tidaklah besar. Tapi yang dipasarkan 20 kali lipat dari kapasitas pabriknya, karena produk dari pabrik teman – temannya dipasarkan juga. Dapatlah pesanan puluhan ribu kubik per tahun. Karena para pembeli di luar negeri hanya percaya kepadanya. Dapat rezeki, juga dapat ucapan terima kasih.
Laba kumulatifnya besar, sekalipun profit marginnya wajar saja, karena omzetnya besar. Artinya produk milik teman – temannya (orang lain) dipercayakan kepadanya. Agar dipasarkan. Jadilah laba besar bertahun – tahun terkumulatif berupa aset triliunan dalam 5 tahun saja.
Dana besarnya untuk mengembangkan multi usaha termasuk kebun sawit, perbankan, pabrik minyak goreng, sapi ribuan ekor, perkapalan, pariwisata, perhotelan selain kayu olahan kualitas ekspor semua. Semua bisnisnya yang saling mendukung dan integrasi guna menekan harga pokok produksi (HPP) supaya kompetitif. Jadilah konglomerat.
B. Belum punya apa – apa, selain punya motivasi tinggi berusaha agar bisa dipercaya oleh para pemilik sawit dan pembeli minyak sawit (CPO) di luar negeri. Modal tidak banyak, pendidikan juga bukan lulusan perguruan tinggi hebat dan bukan darah konglomerat. Ditolak menawarkan hal biasa, ujarnya.
Dengan proses dinamikanya pasang surut ekonomi global. Luar biasa, kebanjiran pesanan CPO kontrak jangka panjang. Hingga jutaan ton per tahun. Profit margin tipis tidak apa, asal volume besar jangka panjang. Ibaratnya 2 x 10, laba 2 tapi 10 kali transaksi. Bukan 10 x 2, 10 laba tapi 2 kali transaksi karena kapok.
Nama besarnya berkibar di banyak perusahaan raksasa di luar negeri. Yang butuh CPO untuk pangan, kosmetik maupun farmasi. Karuan saja, tiada hari tanpa cetak laba mengelola aset orang lain. Triliunan rupiah bisa dikumpulkan dari laba halal. Barulah beli kebun dan pabriknya di mana – mana. Jadilah konglomerat.
C. Sadar tanpa dipercaya oleh tim pemikir solid mustahil jadi sukses. Sama penting dengan nilai kepercayaan mitra usaha misal bank, supplier, kontraktor dan konsumen. Ini digenggam erat. Tiada pernah main – main dengan ucapan di bibirnya, harus bisa dipercaya. Mutlak. Itu sumber rezekinya.
Membangun perumahan dengan mutu bagus, agar mewakili bagusnya nama baiknya. Mulai didengar oleh Kepala Daerah nama harumnya. Bersinergi, pemerintah membangun infrastrukturnya, dirinya yang investasi perumahan dan fasilitas umum dan sosialnya. Produknya laku keras.
Merek Perorangannya diberdayakan. Buka cabang di mana – mana, di setiap lokasi. Termasuk di luar negeri. Semua yang menurut Tim Pemikir setelah diriset pasarnya sangat feasible. Bersinergitas dengan mitranya yang satu permainan. Ada di bidang pembebasan lahan, ada kontraktor perumahan dan lainnya.
Intinya memakai otak pintar milik orang pintar jumlah banyak berbagai keahliannya. Memakai aset besar lahan luas milik orang lain di banyak tempat. Memakai dana kontraktor karena sistem ” turn key project ” dibayar setelah rapi terima kunci. Memakai dana konsumen untuk uang muka dan pelunasannya setelah serah terima. Jadilah konglomerat.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630