Thu. Sep 12th, 2024

Dalam rangka menyambut HUT Ke 79 Kemerdekaan Republik Indonesia. Saya selaku petani, peternak dan pebisnis pangan ditelpon oleh beberapa wartawan. Minta opini pendapatnya. Kemerdekaan di mata petani.

Pandangan saya pribadi, kita harus bersyukur dengan kemerdekaan yang kita nikmati hari ini. Mungkin sebagian orang beda jauh, mungkin sebaliknya, misal keluh kesah, menyalahkan, kecewa dan lainnya.

Ibaratnya. Dulu punya gelas kosong, kini terisi air setengahnya, tergantung kita melihatnya. Mau dianggap sebagian telah terisi air sehingga patut disyukuri. Atau kecewa kenapa airnya belum penuh segelas.

Sebelum 17 Agustus 1945, kita terjajah. Sekalipun punya tanah air tapi semua terkuasai oleh bangsa lain. Tidak bisa kita nikmati untuk membangun bangsa sendiri. Justru dikuras dan diperas dibawa ke negara penjajah. Sekarang bebas kita nikmati.

Tahun 1957 sd 1962, Indonesia walaupun sudah merdeka. Tapi kelaparan di mana – mana, hingga ada korban jiwa besar – besaran skala ribuan jiwa. Stunting prevalensinya jumlah ekstrem. Lalu politik tidak stabil, lahirlah pemberontakan G 30 S/PKI.

Tahun 1984 sd 1985, Indonesia swasembada pangan paralel dengan meningkatnya kesejahteraan petani. Karena kebijakan politik all out berpihak ke petani. Indeks kepemilikan sawah masih 2 hektar/KK. Hingga banyak pemuda luar negeri kuliah di Indonesia.

Paling membanggakan waktu itu dapat penghargaan organisasi pangan dunia (FAO). Hingga Malaysia, Thailand, Vietnam belajar ke Indonesia. Termasuk Ethiopia yang dilanda kelaparan kita bantu beras jumlah besar dan penyuluh pertanian lapangan (PPL).

Juga swasembada sapi, ekspor sapi Bali jumlah besar – besaran, termasuk yang betina produktif. Ironisnya yang diekspor justru sapi mutu super semua. Tata niaga juga bagus, karena dikelola oleh KUD yang menjamur di semua desa seluruh negeri.

Implikasinya, waktu itu tahun 1984 an, animo studi di pertanian sangat tinggi. Fakultas Pertanian penuh jadi rebutan pada semangat belajar. Implikasinya saat ini banyak pemimpin dan pemikir (ilmuwan) senior hebat – hebat berasal dari keluarga petani.

Tahun 1998, krisis moneter meletus. Pak Harto lengser, hampir tiada lagi program cetak sawah, kebun rakyat dan pengembangan kawasan sentra produksi pangan, program transmigrasi sangat minim dukungan APBN.

Implikasinya untuk penyebaran penduduk ke luar Jawa nyaris distop total. Di Jawa makin berjubel, proses guremisasi petani makin masif, istilah pemerintah petani pemilik lahan 0,5 ha/KK. Data BPS tahun 2013 jumlah petani lahan 0,5 ha/KK ada 14 juta KK, tahun 2023 ada 16,68 juta KK.

Konsekuensi logisnya. Jika sawah 0,5 ditanam padi jagung kedelai maka omzetnya tiada kan lebih Rp 55 juta/tahun, laba Rp 20 juta/tahun. Jika anaknya 3 atau 5 orang/KK, terlalu sulit untuk sejahtera. Apalagi syarat mutlak negara maju pendapatan per kapita Rp 16,5 juta/bulan.

Dampaknya, jika pendapatan hanya 20 juta/tahun atau Rp 1,6 juta/KK/bulan. Daya beli rendah. Mutu pangan bermutu sulit diakses, paralel dengan sulitnya mengakses pendidikan tinggi bagi petani. Lalu prevalensi stunting tinggi saat ini masih 21,6%, ideal negara maju maksimal 5%.

Diperparah lagi oleh minimnya jumlah industriawan agro sebagai penampung hasil tani dan penampung lapangan kerja anak – anak petani. Akhirnya banyak pengangguran lalu pada jadi TKI. Yang paling menyakitkan, makin massal oknum jadi koruptor.

Lebih ekstrem lagi, banyak koruptor makin pandai mengemas diri dengan seragam jabatan, agama dan lainnya. Seolah Kemerdekaan Indonesia masih belum ternikmati oleh petani arti luas. Korban propaganda agar memproduksi pangan, di baliknya mereka dalam derita.

Namun demikian saya selaku petani, peternak dan pebisnis agro inovatif. Masih sangat optimis, bahwa makin besarnya impor pangan saat ini dan makin banyaknya petani berlahan sempit sebab kurang sejahtera. Tidak lama lagi akan dapat solusi konkret. Karena telah dapat ilmu hikmahnya, untuk berbenah lebih baik lagi.

Dirgahayu Ke 79 Republik Indonesia.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *