Mon. Jun 23rd, 2025

” Sudahlah, biarkan saja. Andaikan kita, ibaratnya masuk jurang kehancuran sebab sawit. Saat itu sudah sangat banyak yang masuk jurang kehancuran terlebih dulu “. Itulah nasihat sahabatku yang ekonominya sudah mapan di Medan sana, agar saya lebih baik diam bila perlu apatis saja.

” Tetaplah berjuang, apa pun caramu. Jika memang hati nuranimu merasakan ada nyata kejanggalan di depan mata. Terlebih jika masih punya rasa kemanusiaan dan cinta masa depan bangsamu sendiri. Jangan egois. Berbuatlah sesuatu yang bernilai “. Itulah nasihat Guru Malamku 2 bulan lalu.

” Kembalikan ke dirimu sendiri. Jika engkau jadi mereka para petani sawit hanya punya 4 ha, kebutuhan hidup dan sekolah anak – anaknya harus tetap jalan. Sesungguhnya, sadari bahwa mereka berdoa dan berharap sukses atas perjuanganmu untuk mereka juga “. Itu juga nasihat Guru Malamku, yang lain lagi.

” Hanya masalah waktu saja. Cepat atau lambat suaramu akan didengar dan diperhatikan oleh yang berwenang dan mengucapkan terima kasih kepadamu atas ungkapan kejujuran fakta lapangan. Sampai atau tidak kepadamu itu soal beda. Saksinya isi bumi. Mereka juga Insan “. Itu juga nasihat Guru Malamku, 3 minggu lalu saat saya mengadu.

” Ingat, hidup ini hanya bagai mampir minum belaka di tengah perjalanan nan panjang. Ribuan tahun sebelum lahir, ribuan tahun pula setelah mati, padahal hidup kita hanya puluhan tahun saja lazimnya. Tetaplah minum yang sehat menyegarkan untuk bekal kembali ke asal kelak. Jangan membuat sesal lekat di ujung hayat “. Itu juga nasihat Guru Malamku, 7 malam lalu saat telepon.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
Hp 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *