Judul di atas mempertanyakan pada kemana pemimpin dunia pertanian Indonesia. Bukan berarti harus sarjana pertanian. Karena saat sudah jadi komandan/perwira pertanian di lapangan. Sudah mengedepankan karakter, mentalitas dan kemampuan entrepreneurship, leadership, intuisi, daya nalar analisis, dan lainnya.
Tentu ada dasar, sehingga timbul pertanyaan, misal ;
1. Jumlah petani produsen pangan makin berkurang, yang adapun proporsi petani mudanya hanya 12% (Sensus Pertanian 2013) diadakan 10 tahun sekali, artinya regenerasi profesi petani terganggu. Produk/profesi hanya disukai orang tua, tapi dibenci anak muda, maka akan punah. (Hermawan Kartajaya).
2. Jumlah ketergantungan terhadap pangan impor makin melambung tinggi, di antaranya gula, kedelai, gandum, bawang putih, jagung, sapi, susu dan lainnya. Menguras devisa ratusan triliun/tahun. Dampak kurang inovatif, tiada kehadiran perwira pertanian. Ancaman kekuatan bangsa Indonesia. Pangan adalah kekuatan bangsa. (John F. Kennedy).
3. Saat ini, petani sawit Indonesia, harga sawitnya hanya 30% dari petani sawit Malaysia, tiada perlindungan dari komandannya. Berdampak pada kesejahteraannya, yang selama ini mandiri mengarah jadi peminta subsidi/bansos. Tiada pasukan yang salah, adanya pada komandan (Doktrin Kepemimpinan Militer).
*Bung Karno, menekankan saat peletakan batu pertama Kampus IPB University Bogor 1952, ” Pangan soal hidup atau matinya sebuah bangsa “. Besar harapannya IPB University melahirkan perwira pertanian sebanyak mungkin tampil di lapangan. Rohnya pangan ada pada petaninya, tiada petani maka tiada pangan dan tiada bangsa Indonesia ini “.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630